BLITAR, KOMPAS.TV - Sepintas tidak ada yang berbeda dengan Lia Dwi Purwanti. Pengrajin boneka rajut asal kecamatan Gandusari kabupaten Blitar ini setiap hari selalu sibuk membuat berbagai jenis boneka.
Namun siapa sangka dibalik kemahiran tangannya merajut benang, perempuan 34 tahun tersebut ternyata memiliki keterbatasan dalam berbicara dan mendengar. Terlahir dengan kekurangan fisik tidak membuat Lia Dwi Purwanti patah semangat untuk meraih kesuksesan.
Berawal dari hobi, Lia kemudian terus mengasah kemampuan merajutnya. Hingga kini akhirnya ia bisa menghasilkan berbagai jenis boneka rajut yang unik dan cantik.
Keterbatasan komunikasi yang dialaminya membuat lia memilih menggunakan media sosial untuk memasarkan produknya. Kini setelah 11 tahun memproduksi usaha rajut, ia telah mampu menjual ribuan boneka rajut ke berbagai daerah di Indonesia.
Pendapatan jutaan rupiah pun kini mampu ia dapatkan dari usaha tersebut. Lia pun kini mampu hidup mandiri dan membantu perekonomian orang tuanya.
Kegagalan dan putus asa, sempat Lia rasakan di awal usaha rajutnya. Bahkan, perempuan 34 tahun tersebut pernah ditipu oleh rekan kerjanya hingga jutaan rupiah.
Namun tingginya rasa pantang menyerah dan banyaknya motivasi dari keluarga, membuat Lia mampu bangkit. Kini ia sukses mendirikan usaha rajut.
Dalam satu hari, rata-rata lia mampu menghasilkan 2 hingga 3 boneka rajut berbagai bentuk dan ukuran. Meski memiliki keterbatasan, namun kualitas produk yang dihasilkan sangat apik.
Harga jual boneka rajut sendiri juga bervariasi mulai dari 15 hingga 75 ribu rupiah tergantung ukuran dan kerumitan.
#Blitar #Kerajinan #Inspiratif #Ekonomi #Difabel #Beritakediri