Berdampingan dengan kopi, keberadaan pohon aren menjadi berkah tersendiri bagi pemilik kebun. Dengan menyadap nira dari manggar aren, diolah menjadi gula aren yang dapat menambah pemasukan sehari-hari.
Di Lampung Barat, tepatnya di Pekon Pagar Dewa, olahan nira tersebut menjadi sumber penghasilan. Sekitar tiga ribu tajuk pohon aren tumbuh subur di kebun kopi masyarakat wilayah setempat.
Salah satunya Sugeng Sampurno, warga Pemangku Talang Karuhun ini setiap pagi dan sore pergi ke ladang kopi untuk memanjat pohon aren yang tak jauh dari rumahnya.
Dari dua kali penyadapan, sedikitnya ia mendapat 15 liter air nira untuk dimasak.
Dengan cekatan, batang manggar aren disayat untuk memperlancar air yang turun ke jerigen penampungan. Air nira yang telah disadap kemudian siap untuk dibawa pulang lalu dimasak.
Untuk memasak nira dibutuhkan kesabaran, sebab perlu waktu 12 jam lebih untuk dapat dicetak menggunakan cetakan tradisional yang terbuat dari bambu. Setiap harinya Sugeng mendapat sekitar 1-2 kilogram gula aren.
Untuk pemasaran, gula aren produksi rumahan tersebut biasanya akan dibeli oleh warga sekitar untuk kebutuhan sehari-hari, namun jika stok gula aren melimpah tak jarang dijual ke toko kelontong sekitar Pekon.
Untuk 1 kilogram gula aren dijual Rp20 ribu. Hasil dari penjualan gula aren dapat membantu ekonomi sehari-hari. Pasalnya penghasilan dari kebun kopi hanya satu tahun sekali.
Kontributor: Enriko Ngantung