JAKARTA, KOMPAS.TV - Menkominfo, Budi Arie Setiadi mengungkapkan hoaks terkait pemilu meningkat 10 kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu.
Hoaks dan disinformasi soal pemilu ini paling banyak ditemukan di media sosial facebook.
Hoaks yang beredar tidak hanya menyerang pasangan capres dan cawapres, namun juga menyerang penyelenggara pemilu seperti KPU.
Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin mengatakan di dalam media sosial, hanya ada 2 strategi politik, yakni yang pertama membangun pencitraan dan yang kedua membusuk-busuki lawan.
Dalam konteks membusuk-busuki lawan melalui penyebaran hoaks di media sosial ini membuat kontestasi demokrasi tidak sehat.
Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin meyakini bahwa hoaks pasti akan mengalami peningkatan pada tahun 2024.
Alasannya, Ujang mengungkapkan bahwa narasi politik yang positif tidak menarik bagi publik. Kebalikannya, jika narasi politiik disajikan dengan samar, membolak-balikan fakta itu lebih disukai oleh publik.
Penting bagi masyakarat untuk menjadi pemilih yang cerdas demi menjaga demokrasi, maka kewaspadaan harus dibangun dan selalu dijaga.
Baca Juga Momen Yenny Wahid Lantunkan Tembang Jawa di Deklarasi Dukungan ke Ganjar-Mahfud MD di https://www.kompas.tv/video/455748/momen-yenny-wahid-lantunkan-tembang-jawa-di-deklarasi-dukungan-ke-ganjar-mahfud-md
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/video/455763/hoaks-pemilu-ujang-komarudin-ada-2-strategi-politik-bangun-citra-atau-membusuk-busuki-lawan