Kebakaran Akibat Flare, Pemulihan Gunung Bromo Butuh Waktu Lima Tahun

2023-09-22 32

Proses pemulihan ekosistem kawasan Gunung Bromo yang terbakar sepanjang 6-14 September 2023 membutuhkan waktu sekitar lima tahun.

Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Constantius Hendro Widjanarko mengatakan pemulihan ekosistem membutuhkan waktu cukup lama supaya pohon-pohon yang terbakar bisa tumbuh optimal.

Dari sekian banyak jenis pohon yang terbakar, empat di antaranya merupakan tumbuhan asli atau native kawasan TNBTS yaitu cemara gunung (Casuarina junghuniana), kesek (Dodonaea viscosa), tutup (Mallotus mollissimus), dan pohon pasang (Arthocarous sp).

"Untuk pohon-pohon asli di kawasan TNBTS itu membutuhkan waktu kurang lebih tiga sampai lima tahun untuk pemulihan yang optimal," kata Hendro.

Sementara rerumputan dan semak lebih cepat pulihnya. Dalam dua-tiga minggu saja rerumputan dan semak bisa mulai menghijau kembali, seperti terlihat di Blok Watugede dan Lembah Watangan, lembah yang populer dengan sebutan Bukit Teletubbies.

Hendro memberi keterangan itu di Kantor Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I, Dusun Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur, Kamis siang, 21 September 2023.

Kebakaran pada 6-14 September merujuk pada kebakaran yang diawali terbakarnya padang rumput atau sabana Teletubbies pada 6 September akibat pengunjung yang sembarangan menyalakan cerawat atau flare saat melakukan pemotretan pranikah atau prewedding.

Kebakaran kemudian merembet ke area hutan dan lahan dalam kompleks kaldera Tengger sehingga hampir seluruh sabana, semak, dan pepohonan di sekitar Gunung Bromo gosong.

Namun, hingga sekarang, total luas area terbakar belum selesai dihitung. Hendro hanya menyebutkan area terbakar per 6-10 September seluas 504 hektare. Mayoritas area yang terbakar berupa padang rumput dan tumbuhan semak.

Hendro mengatakan durasi pemulihan ekosistem kawasan itu berlaku pula untuk hutan dan lahan yang terbakar lebih dulu, yaitu kebakaran di Gunung Penanjakan (3-4 September), sabana Pengol dan dinding-dinding kaldera Tengger (29 Agustus-2 September) serta kebakaran di sekitar Ranu Kumbolo atau di lereng Gunung Semeru, 18-22 Agustus tahun yang sama.

Menurut Hendro, ada tiga mekanisme pemulihan ekosistem kawasan Bromo dan Semeru. Pertama, pemulihan secara alamiah, khususnya untuk area sabana. Padang rumput dan tumbuhan semak bisa cepat memulihkan dirinya sendiri tanpa intervensi manusia.

Kedua, mekanisme rehabilitasi dengan cara menanam kembali pepohonan yang gosong atau mati. Ketiga, melakukan restorasi yang bertujuan untuk mengembalikan unsur hayati.

Pemulihan ekosistem itu membutuhkan sekitar Rp 3,5 miliar dari total biaya estimasi kerugian sebesar Rp 5,4 miliar.