Labuh Saji adalah salah satu upacara adat masyarakat Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Upacara dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi karena telah memberi kesejahteraan.
Labuh Saji dilaksanakan setiap tanggal 6 April bertepatan dengan Perayaan Hari Nelayan. Karena 6 April lalu merupakan bulan suci Ramadan, maka di tahun ini Upacara Labuh Saji akan diselenggarakan di Puncak acara Hari Nelayan ke-63, yaitu pada Minggu, 21 Mei 2023.
Ketua panitia Hari Nelayan Palabuhanratu ke-63, Sep Radi Priadika mengatakan bahwa yang menarik dari puncak peringatan hari nelayan adalah upacara adatnya. Upacara adat yang dimaksud adalah prosesi labuh saji di laut menggunakan perahu.
Sejauh catatan panitia, ada sekitar 250 perahu nelayan tradisional yang akan mengikuti arak-arakan dan 3 perahu inti yang akan mengikuti arak-arakan. Serta kurang lebih ada sekitar 250 penari yang akan tampil di kegiatan upacara adat ini.
Dia menyatakan yang akan di labuh saji itu adalah lobster. Tujuannya supaya populasi lobster kembali meningkat, dilanjutkan dengan tebar tukik, buah-buahan dan hasil bumi.
Seperti diketahui, Hari Nelayan ke-63 Palabuhanratu Sukabumi berhasil masuk menjadi satu diantara 110 Event Nasional dalam "Karisma Event Nusantara Festival 2023" yang diakui oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.
Hasil Seleksi Event Nasional menyebutkan untuk Provinsi Jawa Barat, hanya ada empat Event yang diakui secara nasional dan salah satunya adalah Hari Nelayan ke-63 Palabuhanratu Sukabumi.
Hari Nelayan Palabuhanratu 2023 adalah peringatan yang bertujuan untuk mengeksplore semua potensi yang ada di Kabupaten Sukabumi. Terlebih saat ini sudah menyandang status UGG Ciletuh - Palabuhanratu, dengan harapan bisa meningkatkan jumlah kunjungan para wisatawan baik dalam maupun luar negeri.
Upacara Labuh Saji adalah upacara ritual masyarakat nelayan Palabuhanratu Sukabumi. Tradisi ini hampir sepanjang tahun dilaksanakan oleh penduduk setempat bertepatan dengan hari nelayan.
Nama "Labuh Saji" mempunyai makna yang sama dengan "Melabuh Saji", berasal dari kata ngalabuh (Labuh) artinya menjatuhkan sesuatu seperti Benda, sesajen, kepala kerbau ke dalam laut, dengan harapan agar hasil tangkapan ikannya berlimpah setiap tahun.
Upacara Labuh Saji disebut juga dengan istilah Nadran yang berasal dari kata nadar yang artinya janji hendak berbuat sesuatu apabila telah tercapai maksudnya. Sedangkan maksud dari nadran itu sendiri adalah memelihara hubungan baik antar manusia di daratan dengan penghuni lautan (Nyi Roro Kidul).
Hubungan baik ini harus tetap dijaga dengan diadakan upacara Labuh Saji tersebut. Para nelayan menitipkan nyawanya agar diselamatkan oleh penguasa lautan yang dipercaya sebagai Nyi Roro Kidul.