Melihat Jejak Sejarah Pabrik Tekstil Tjiboenar Sukabumi

2023-02-24 277

Tembok bekas pabrik tekstil Tjiboenar di Kadudampit Kabupaten Sukabumi menjadi saksi sejarah bangsa Indonesia. Karena terkait sejarah, warga lebih banyak yang mengenal sepotong tembok bangunan tua ini dengan benteng belanda. Reruntuhan itu kini berada di tengah kebun, menyisakan tembok berupa fasad pabrik yang membentang dengan jendela-jendela ukuran besar.

Tak hanya itu, menara bekas cerobong asap pabrik setinggi kurang lebih 30 meter juga masih menjulang tinggi. Jika menuju objek wisata Situ Gunung tentu akan melihat bangunan sisah sejarah industri tekstil Indonesia jaman pra kemerdekaan.

Pabrik Tekstil Tjiboenar dibangun tahun 1935 merupakan aset industri tekstil nusantara yang cukup besar, dengan perkiraan pekerja saat itu mencapai 1000 orang. Setelah beberapa kali berganti kepemilikan, terakhir pabrik ini merupakan aset Tan Tiong Gie dan Tjong Boen Hok dengan manajemen Handel Mij fabriek Tjiboenar.

Melansir sukabumixyz, Tjong Boen Hok tak hanya punya satu pabrik di Kadudampit ini saja, ada juga di Tjiboenar II di Kota Sukabumi (Jalan Pelabuhan 2), dan di Jakarta (daerah Jembatan Lima).

Keberadaan Pabrik Tekstil Tjiboenar, membuat nama Sukabumi menjadi sentra tekstil pada masa Hindia Belanda. Bahkan Pada tahun 1943, Boen Hok Tjiong ditunjuk menjadi Ketua Tekstil Nusantara, dan Pabrik Tekstil Tjiboenar menjadi pusat tekstil nasional.

Menjelang keruntuhan Hindia Belanda, sentimen etnis dan ideologi yang menggelora saat itu juga menyasa Pabrik Tekstil Tjiboenar. Pada Februari 1940, dipicu keributan antara pekerja pabrik yaitu dua pemuda Tionghoa dan warga sekitar menjadi pemantik kemarahan.

Pabrik Tekstil Tjiboenar juga dicap sebagai pendukung aksi penjajahan Jepang. Saat perang mempertahankan kemerdekaan, Juli 1947, pabrik Tjiboenar bersama pabrik lain, toko dan gudang dibakar oleh rakyat sesuai imbauan bumi hangus dari para pejuang Indonesia.

Taktik bumi hangus saat itu adalah mencegah fasilitas yang ada tidak dipergunakan oleh pasukan Belanda. Total kerugian diperkirakan saat itu diperkirakan 20.000.000 NLG, termasuk hilangnya mata pencaharian para pekerja.

Walaupun belum berstatus cagar budaya, reruntuhan sejarah dipelihara dengan baik oleh warga sekitar, tepatnya Kampung Cibunar Desa Gede Pangrango Kecamatan Kadudampit. Bagi warga, sisa tembok pabrik dan bangunan lainnya yang masih berdiri adalah penggalan kisah leluhur mereka.