JAKARTA, KOMPAS.TV - Babak akhir kasus pembunuhan berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat tinggal menunggu putusan majelis hakim, namun hingga ujung persidangan, Ferdy Sambo dan Putri Candrawati tetap bersikukuh pada pembelaannya yang menyebut pelecehan seksual benar terjadi.
Membela diri agar lolos dari delik hukuman pembunuhan berencana, motif pemerkosaan terhadap istrinya Putri Candrawathi disebut Ferdy Sambo melatarbelakangi tewasnya Yosua.
Di muka sidang Sambo mengungkapkan, ia diselimuti rasa emosi yang memuncak begitu mendengar cerita istrinya yang mengaku dilecehkan oleh Yosua.
Baca Juga Eksklusif! Jelang Vonis Sambo Cs, Ibu Yosua Ungkap Peran Jahat Para Terdakwa pada Sang Anak di https://www.kompas.tv/article/377729/eksklusif-jelang-vonis-sambo-cs-ibu-yosua-ungkap-peran-jahat-para-terdakwa-pada-sang-anak
Sambil menangis Putri Candrawathi menceritakan kejadian di Magelang yang ia sebut sebagai pelecehan.
Namun Putri Candrawathi yang selalu bermain aman, kerap menjawab lupa dan tidak tahu ketika majelis hakim mencecar jawaban Putri terkait tiap potongan peristiwa tewasnya Yosua.
Jaksa penunutut umum justru menduga perselingkuhanlah yang telah terjadi, antara Yosua dan Putri Candrawathi.
Tak hanya berdiri diatas motif pelecehan, kubu Ferdy Sambo juga membantah keterangan Richard Eliezer yang menyebut Ferdy Sambo telah merancang skenario pembunuhan Yosua, sejak mulai dari kediaman di Saguling.
Richard mengungkapkan, tak hanya Ferdy Sambo, namun sang istri Putri Candrawathi juga tahu persis soal skenario pembunuhan Yosua, yang disampaikan Ferdy Sambo kepada Richard.
Menyangkal hal tersebut, Ferdy Sambo menyebut ia tidak pernah memerintahkan richard untuk menembak Yosua, Ferdy Sambo mengatakan ia hanya memerintahkan Richard Eliezer untuk menghajar Yosua, tanpa ia kira akan terjadi penembakan.
Ferdy Sambo juga membantah keterangan Richard yang menyebut dirinya ikut menembak Yosua
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/377742/putusan-hakim-di-depan-mata-sambo-dan-putri-masih-bersikukuh-adanya-kekerasan-seksual
