Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut, rokok masih menjadi penyumbang kemiskinan terbesar kedua setelah rokok di pedesaan maupun perkotaan.
Ia menyebut, rata-rata rumah tangga miskin menghabiskan Rp 246.382 per bulan untuk konsumsi rokok. Sementara harga rata-rata rokok perbungkus di tahun 2022 sekitar Rp 23.000. Artinya dalam sebulan satu rumah tangga bisa menghabiskan sekitar 11 bungkus rokok. Jika dikonversikan ke beras, 11 bungkus rokok tersebut sama dengan harga 1 karung beras 25 Kg.
"Ini memang menimbulkan dilema mengenai bagaimana kita bisa mempengaruhi konsumsi rumah tangga untuk membeli barang-barang yang lebih bergizi atau dibutuhkan oleh anak-anak," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers, Senin (12/12).
Rokok mempengaruhi tingkat kemiskinan karena bukan bahan makanan pokok, tetapi tingkat konsumsinya tinggi. Pasalnya, pengeluaran untuk rokok tersebut mengganggu pendapatan real masyarakat. Harga rokok memiliki kontribusi terhadap faktor kemiskinan 11.38% di pedesaan dan 12.22% di perkotaan.