KOMPAS.TV - Pada pertemuan tahunan Bank Indonesia tahun 2022, Presiden Joko Widodo menyebut hati-hati kondisi ekonomi global tahun depan.
Jokowi bahkan mengulang kata hati-hati sebanyak 19 kali.
Jokowi menyebut, seluruh Kepala Negara anggota G20 sedang pusing memikirkan kondisi ekonomi global yang tidak pasti.
Presiden menegaskan sikap hati-hati dan waspada harus dikedepankan pada tahun 2023.
Hari ini dalam pidatonya di acara Konsolidasi Komisi Pemilihan Umum, Presiden Jokowi kembali mengingatkan agar hati-hati karena Pemilu 2024 diselenggarakan dalam kondisi ekonomi global yang tak pasti.
Pengamat ekonomi, Bhima Yudhistira menyebut ancaman resesi tahun 2023 berpotensi berdampak pada nilai tukar rupiah dan lapangan pekerjaan hingga pemerintah perlu menyiapkan solusi.
BPS mencatat, pada November 2022 terjadi inflasi 0,09% dipicu kenaikan harga bensin, rokok, serta kebutuhan rumah tangga, seperti beras dan telur.
Baca Juga Kota Gorontalo Alami Inflasi 5,41 Persen November 2022 di https://www.kompas.tv/article/354450/kota-gorontalo-alami-inflasi-5-41-persen-november-2022
Di tahun 2020 inflasi tercatat 1,68%.
Tahun 2021, Bank Indonesia mencatat tingkat inflasi 1,87%.
Sedangkan tahun ini, tingkat inflasi diproyeksikan 6,3%.
Daya beli masyarakat juga semakin membaik.
BPS mencatat, tingkat konsumsi rumah tangga di tahun 2020 minus 2,63%.
Pada tahun 2021, tingkat konsumsi rumah tangga tercatat 2,02%.
Sementara hingga September 2022, tercatat 5,39%.
Lalu, apakah kondisi ekonomi global yang tidak pasti meningkatkan gelombang pemutusan hubungan kerja?
Data dari Kementerian Ketenagakerjaan, kasus PHK di tahun 2020 tercatat 386.877 orang.
Pada tahun 2021, tercatat 127.085 orang dan hingga September tahun 2022 tercatat 10.765 orang yang di PHK.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/354626/jokowi-tak-henti-hentinya-ingatkan-hati-hati-pemilu-saat-kondisi-ekonomi-tak-pasti