Lukas diyakini sebagai seorang yang cerdas, berilmu tinggi, dan berprofesi setingkat dokter pada kehidupan masa kini. Dengan kecerdasan itu, Allah memakainya sebagai salah satu penulis Injil bersama Matius, Markus, dan Yohanes. Tujuan penulisan kitab yang tak hanya ditujukan kepada Teofilus, sosok yang berpengaruh kuat pada masa itu, tetapi bagi setiap orang yang membaca tulisan hasil penyelidikan dengan saksama itu (ay. 3).
Pengakuan bahwa kitab Lukas ditulis setelah melalui proses penyelidikan yang cermat, lalu dibukukan dengan teratur supaya memudahkan pembacanya, menarik untuk direnungkan. Lewat semua yang dikerjakannya, Lukas ingin membawa para pembacanya untuk mengenal kebenaran yang sejati, seperti yang diharapkannya bagi Teofilus (ay. 4). Kerinduan yang niscaya akan terpenuhi ketika setiap orang percaya pada masa kini membaca tulisan Lukas dalam terang dan pengertian dari Roh Kudus. Namun, sebagai orang percaya kita tidak hanya diharapkan dapat mengerti apa yang benar, tetapi dapat menghidupi kebenaran itu dalam kehidupan sehari-hari.
Sepanjang sejarah kehidupan, kecerdasan manusia terbukti telah mewarnai banyak hal, bahkan mengubah perilaku dan budaya dalam skala global. Bagi kita orang percaya, kita pun dapat mengarahkan kecerdasan yang Allah berikan untuk berbagai tujuan yang mulia, termasuk dalam hal pekabaran Injil bagi mereka yang belum percaya. Itulah yang Lukas lakukan, dengan tulisan yang masih relevan untuk dibaca hingga sepanjang zaman. Maukah kita mengikuti jejaknya?
KECERDASAN YANG KITA MILIKI ADALAH PEMBERIAN ALLAH, PAKAILAH UNTUK MEWARTAKAN KABAR BAIK DAN MEMULIAKAN NAMA-NYA