BALI, KOMPAS.TV - Sebagai wirausaha, memiliki sedikit modal tidak menjadi kendala berat.
Tekad dan keberanian untuk mencoba, mempertahankan serta mengembangkan wirauasahanya merupakan awal yang penting dalam membangun sebuah usaha.
Hal inilah yang dipegang teguh Wayan Sarni, seorang perajin peyek di Desa Bukian Payangan, Gianyar, Bali, yang sampai saat ini masih bertahan meski usahanya sudah tidak seperti dulu lagi.
Disela-sela kesibukannya memproduksi peyek kacang, Wayan Sarni menuturkan usaha membuat peyek ini telah ia geluti sejak 12 tahun silam.
Saat itu ia mampu mempekerjakan hingga 25 karyawan dengan menghabiskan bahan seharga Rp2.500.000,- setiap harinya.
Namun seiring berjalannya waktu, ketatnya persaingan serta mahalnya bahan baku yang tak sebanding dengan untung yang ia dapatkan, usahanya pun mulai menurun, dimana saat ini ia hanya mampu mempekerjakan 4 orang karyawan, dan menghabiskan seharga Rp500.000,- bahan baku setiap harinya.
Baca Juga Harga Kacang Hijau Impor Naik, Produsen Tauge Kurangi Produksi di https://www.kompas.tv/article/334396/harga-kacang-hijau-impor-naik-produsen-tauge-kurangi-produksi
Selain itu, berbagai peralatan untuk usahanya juga sudah mulai rusak, ia berharap adanya bantuan dari pemerintah sehingga bisa membeli perabotan baru agar usahanya bisa tetap bertahan.
Membuat peyek tidaklah terlalu sulit, pertama kacang tanah dan tepung dicampur lalu diberi sedikit air,serta bumbu tradisional.
Kemudian diaduk hingga merata dan digoreng, setelah matang peyek siap untuk dibungkus dan dipasarkan.
Peyek hasil karya Wayan Sarni ini dijual di pasar-pasar tradisional serta rumah makan di kawasan Payangan Gianyar, harganya juga sangat terjangkau hanya Rp1.000,- perbungkus.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/342657/mahalnya-bahan-baku-usaha-perajin-peyek-di-gianyar-mulai-menurun