MALANG, KOMPAS TV - Pakar manajemen isu dan krisis dari Universitas Brawijaya Malang Maulina Pia Wulandari menyebut Polri defensif soal faktor penyebab kematian di tragedi Kanjuruhan, yaitu gas air mata.
Pia menyebut dalam hal ini Polri membela posisinya dengan menyebut gas air mata bukan penyebab kematian di tragedi Kanjuruhan.
"Kalau saya lihat dari beberapa statement yang disampaikan oleh Polri, mereka lebih menggunakan strategi defensif," ujar Pia, Jumat (14/10).
Baca Juga Saling Tuding Soal Gas Air Mata Tragedi Kanjuruhan,Hermawan: Gas Air Mata Bukan untuk Ruang Tertutup di https://www.kompas.tv/article/337614/saling-tuding-soal-gas-air-mata-tragedi-kanjuruhan-hermawan-gas-air-mata-bukan-untuk-ruang-tertutup
"Tujuannya ingin membela posisinya, denial, tidak mau mengakui bahwa ada kesalahan yang mereka lakukan. Mencoba seseorang atau sesuatu yang lain jadi penyebab terjadinya suatu krisis," lanjutnya.
Lebih lanjut ia juga menyebut pernyataan Polri soal gas air mata tidak berbasis empati pada korban.
Pernyataan yang tidak sesuai harapan publik disebut justru menimbulkan amarah baru.
"Mungkin berita itu memang akurat (gas air mata bukan penyebab), tapi karena tidak berbasis empati maka berita itu menimbulkan amarah baru, karena waktunya enggak tepat," ucap Pia.
"Mereka juga berharap Polri segera mengusut kasus ini scara tuntas, kemudian harus bisa menunjukkan siapa yang paling bertanggung jawab dari tragedi ini?" lanjutnya.
Sementara itu, pihak TGIPF tragedi Kanjuruhan telah menyebut bahwa gas air mata adalah penyebab dari banyaknya korban berjatuhan di tragedi Kanjuruhan.
Video Editor: Lisa Nurjannah
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/338502/kata-pakar-soal-sikap-polri-atasi-tragedi-kanjuruhan-termasuk-soal-gas-air-mata