Unjuk Rasa Anti-Monarki Iringi Prosesi Pemakaman Ratu Elizabeth II

2022-09-15 2,130

Kematian Ratu Elizabeth II pada 8 September 2022 tak hanya memberi rasa kehilangan tapi juga mendorong aksi protes anti-monarki di Inggris. Orang-orang ini berteriak menentang kehadiran monarki, mencela para bangsawan yang berbaris mengiringi peti jenazah Sang Ratu, dan membawa kertas bertuliskan “Not My King”.

Polisi langsung menangkap para pengunjuk rasa tersebut. Para pengacara dan aktivis kebebasan berbicara membunyikan alarmnya setelah melihat tindakan aparat keamanan terhadap para pemrotes tersebut.

Melansir Washington Post, Rabu (14/9), tindakan kekerasan polisi terhadap protes semacam itu menimbulkan pertanyaan tentang kebebasan berbicara di Inggris. Di Twitter, tanda pagar “NotMyKing” menjadi trending pada Selasa pagi. King atau raja dalam hal ini tertuju pada Raja Charles III, putra sulung dan pengganti Ratu Elizabeth II.

Anggota parlemen telah meminta pihak berwenang menghormati hak pemrotes yang percaya kematian Ratu menandai berakhirnya monarki. Para pengunjuk rasa hanya menunjukkan ekspresi dan pandangannya terhadap republik.

Seorang pemrotes di Oxford, Symon Hill (45 tahun), ditangkap setelah berteriak, “Siapa yang memilihnya?” usai Charles diumumkan menjadi raja. Dalam blog-nya, Hill menulis polisi langsung memborgolnya dan tidak memberi tahu untuk apa dia ditangkap.

Setelah kematian Elizabeth, Inggris menghadapi banyak pertanyaan dan ketidakpastian. Di beberapa negara persemakmuran, sentimen anti-monarki tumbuh. Pemikiran dan percakapan anti-kolonialisme muncul.

Inggris selama berabad-abad menjajah sebagian besar dari 56 negara persemakmuran tersebut. Tak hanya itu, Inggris juga mengeruk kekayaan dan menciptakan sistem perbudakan yang sampai sekarang masih terasa dampak buruknya di dunia.