KLUNGKUNG, KOMPAS TV - Inilah lahan pekarangan rumah, milik Nyoman Gede Suteja Asta, di Desa Kamasan, Kabupaten Klungkung, Bali. Sebelum pandemi Covid-19, ia disibukkan dengan bekerja keluar rumah dan setelah terjadi pandemi mengalami PHK, dan mulai memanfaatkan lahan pekarangannya, memelihara lebah tanpa sengat, yang kerap disebut lebah klanceng.
Bukan sekedar coba-coba, hal ini dilakukannya karena madu dari lebah ini rencananya untuk mengobati sang istri yang mengalami sakit maag kronis. Namun, karena tidak ada pekerjaan lain lagi, iapun terus mencoba mengembangkan dengan berkali-kali kegagalan yang dialaminya. Hingga akhirnya mampu menjadi pembudidaya handal. Selain mampu menghasilkan madu untuk dijual, Nyoman Gede saat ini sudah menjual koloni-koloni lebah, yang sudah siap dikembangkan bagi pembudidaya baru.
Di kediamannya, saat ini ada saja yang datang baik hanya sekedar melihat-lihat untuk hiburan semata, dengan melihat tanaman bunga yang dipenuhi lebah yang sedang mencari makan, atau ada juga yang serius belajar dan tentunya membeli koloni lebah siap dibudidayakan.
Untuk makanan, selain menanam berbagai jenis bunga yang disukai lebah, biasanya lebah bisa keluar sendiri mencari makanannya hingga sejauh dua setengah kilometer.
Kini Nyoman Gede pun sudah mempunyai penghasilan tersendiri dari keisengannya merawat lahan pekarangan yang terbengkalai. Untuk madu kemasan 100 ml dijual Rp. 100 ribu, dan ukuran 250 ml dijualnya Rp. 200 ribu.
Bagaimana, anda tertarik menjadi pembudidaya lebah? Selain bisa menghasilkan cuan, pemeliharaannya juga tidak begitu sulit. Yang penting ketekunan dan siap untuk belajar.
#budidayalebah #lebahtanpasengat #lebahklanceng
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/312973/budidaya-lebah-tanpa-sengat