SOLO, KOMPAS.TV - Pertanian lahan sempit di perkotaan ternyata menghasilkan melon berkualitas yang tak kalah dengan pertanian di desa. Seperti yang dilakukan oleh salah satu pondok pesantren di Solo, Jawa Tengah, yang mampu memperoleh 1.000 buah melon jenis ithanon dari memanfaatkan lahan seadanya.
Pondok Pesantren (Ponpes) Tamirul Islam, Kota Solo, memanfaatkan lahan seluas 500 m2 yang dijadikan sebuah green house untuk bertani pohon melon. Jenis melon yang ditanam mulai dari jenis ithanon yang terkenal manis.
Penanaman melon dilakukan di dalam kantong khusus, sementara untuk penyiramannya menggunakan sistem otomatis. Walau awalnya banyak yang meragukan kegiatan ini, namun kenyataannya urban framing ini dapat berjalan dengan sukses.
"Dengan kesungguhan yang memang setiap hari layaknya ngopeni bayi (merawat bayi) kalau orang Jawa bilang, alhamdulillah ini bisa selesai dalam waktu 70 hari untuk diambil buahnya," Karena Muhammad Adhim, Pengasuh Ponpes.
Sebagai pendamping, Bank Indonesia turut serta dalam panen melon. Kegiatan ini merupakan program Satri Preneur, yang membekali santri dengan ilmu kewirausahaan. Dengan adanya program ini, diharapkan para santri yang lulus tidak hanya dibekali ilmu agama saja, tetapi juga memiliki jiwa wirausaha yang kuat.
Dalam dua masa tanam berikutnya, Ponpes Tamirul Islam masih akan menanam melon ithanon yang selanjutnya bisa menanam tanaman lain seperti semangka dan lainnya. Urban framing semacam ini bisa dilakukan di semua tempat. Dengan modal yang tidak terlalu banyak, namun diperlukan ketekunan dan kesabaran.
#ponpesta'mirulislam #urbanframing #solo
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/300799/memanfaatkan-lahan-sempit-santri-di-solo-menanam-melon