JAKARTA, KOMPAS.TV - Meski penelitian soal kasus hepatitis akut masih dilakukan, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengimbau para orang tua agar tidak panik.
Yang utama adalah waspada terhadap gejala dan tetap terapkan kebiasaan sehat seperti yang sudah berlangsung selama pandemi Covid-19, yakni dalam pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung Kemenkes.
Sebagai subyek yang rawan oleh ancaman hepatitis biasa maupun hepatitis akut, anak perlu perlindungan ekstra.
Oleh karena itu, ketegasan dalam menerapkan protokol kesehatan selama pembelajaran tatap muka penting dilakukan.
Kegiatan belajar-mengajar perlu diseimbangkan antara menjaga keselamatan dan memenuhi hak atas pendidikan.
Jumlah kasus dugaan hepatitis akut di Indonesia lebih rinci terekam dari data Kemenkes.
Hingga Kamis (13/5), ditemukan 18 kasus dugaan hepatitis akut, dengan 7 di antaranya meninggal dunia.
Dari temuan 18 kasus, kasus yang dinyatakan berklasifikasi "pending" masing-masing terdapat satu kasus di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
Sedangkan satu kasus di Bangka Belitung dan satu kasus di Kalimantan Timur dinyatakan "discarded".
Untuk DKI Jakarta, dari 12 kasus dugaan hepatitis akut, 1 kasus dinyatakan "probable", 5 kasus berklasifikasi "pending", 5 kasus "discarded", dan satu kasus lainnya menunggu hasil penelitian epidemiologis.
Di tengah kekhawatiran akan penyebaran hepatitis akut yang masih didalami penyebabnya, pembelajaran tatap muka kini telah dimulai kembali.
Satu hal yang menjadi sorotan adalah pembukaan kantin.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta kebijakan pembukaan kantin dievaluasi.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/288696/orang-tua-jangan-panik-ini-kata-kemenkes-soal-gejala-cara-menghindari-hepatitis-akut-pada-anak