KOMPAS.TV - Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia menduga ada tekanan yang diterima para pembimbing Terawan Agus Putranto di Universitas Hassanudin Makassar, terkait pemberian kelulusan disertasi berisi metode cuci otak pada tahun 2016.
Anggota MKEK IDI, Rianto Setiabudy menjelaskan bahwa terapi cuci otak Terawan memiliki kelemahan, seperti penggunaan heparin untuk mencegah pembekuan darah hingga tidak ada nya uji pembanding sebagai kontrol terhadap penelitian.
Baca Juga Marshel Widianto Mengaku Beli 76 Video Vulgar Dea Onlyfans Seharga Rp 1,4 Juta di https://www.kompas.tv/article/277838/marshel-widianto-mengaku-beli-76-video-vulgar-dea-onlyfans-seharga-rp-1-4-juta
Rianto Setiabudy yakin para pembimbing tahu ada kekurangan dari terapi cuci otak itu tetapi diam karena diduga ada tekanan eksternal, sehingga meluluskan disertasi tentang terapi tentang cuci otak.
Sementara Rektorat Universitas Hasanuddin mempertanyakan dasar tudingan Ikatan Dokter Indonesia yang menyebut Unhas mendapat tekanan untuk meluluskan disertasi mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto tentang terapi cuci otak.
Unhas meminta Majelis Kehormatan Etik Kedokteran IDI menjelaskan secara utuh informasi terkait pernyataannya ini saat rapat bersama Komisi IX DPR.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/277861/unhas-tantang-idi-soal-terapi-cuci-otak-terawan