BEKASI, KOMPAS.TV - Sepasang suami istri di Bekasi, Jawa Barat mendirikan sebuah gerakan sosial yang berbeda dari biasanya.
Gerakan yang dinamakan sedekah mainan, ditujukan untuk menghadirkan senyuman di wajah anak-anak yang membutuhkan dengan memberikan mainan yang selama ini mereka inginkan.
Bersedekah, tak hanya soal uang dan makanan.
Sedekah bisa mencakup apapun, termasuk mainan.
Inilah yang menjadi alasan bagi pasangan suami istri, Naswawi Badaruddin dan Risna Rosman, mendirikan sebuah gerakan sosial yang dinamakan Sedekah Mainan.
Gerakan yang didirikan sejak 2016 ini, terbentuk atas inisiasi Risna Rosman yang saat itu mengajar bahasa inggris untuk anak-anak jalanan.
Saat mengajar, Risna menemukan fakta mainan menjadi senjata ampuh Risna untuk menarik minat anak-anak jalanan untuk mengikuti pelajaran.
Baca Juga Komunitas Sedekah Nasi di Pekalongan Bagi-bagi Sarapan Gratis di Alun-alun Kota di https://www.kompas.tv/article/273885/komunitas-sedekah-nasi-di-pekalongan-bagi-bagi-sarapan-gratis-di-alun-alun-kota
Ia pun akhirnya perlahan membuka donasi mainan untuk diberikan kepada anak-anak jalanan.
Dengan kekuatan media sosial, 7 tahun berdiri gerakan Sedekah Mainan sudah memiliki ratusan relawan yang tersebar di sejumlah daerah di Indonesia.
Selain menjadi sarana untuk berbagi, gerakan ini juga dapat mengajarkan anak-anak untuk lebih bersyukur dengan mainan yang dimiliki.
Kehadiran gerakan Sedekah Mainan, terbukti dapat memberikan senyuman baru untuk anak-anak, khususnya yang berada di Panti Asuhan Yatim Al Ikhlas Kayuringin, Bekasi.
Mereka merasa sangat terhibur dan bahagia bisa mendapatkan mainan yang selama ini diinginkan.
Gerakan sedekah mainan diharapkan dapat membuat makin banyak orang yang tergerak hatinya untuk berbagi, khususnya kepada anak-anak yang kurang beruntung.
Karena suatu hal yang dianggap kecil, bisa menjadi hal yang berguna dan sumber kebahagiaan bagi orang lain.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/276531/sepasang-suami-istri-ciptakan-gerakan-sosial-sedekah-mainan-untuk-anak-anak-kurang-mampu