KOMPAS.TV - Sebagai negara penghasil sawit terbesar di dunia kelangkaan dan melambungnya harga minyak goreng belakangan ini menyuguhkan ironi bagi kita semua.
Dalam sidaknya ke Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu lalu, Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi menemukan para pedagang masih menjual minyak goreng dengan harga lama dan tidak sesuai dengan harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah.
Baca Juga Minyak Goreng Masih Saja Langka, Distribusi Langsung ke Pasar Tak Terjadi? di https://www.kompas.tv/article/269810/minyak-goreng-masih-saja-langka-distribusi-langsung-ke-pasar-tak-terjadi
Menteri Perdagangan menegaskan saat ini stok minyak goreng tersedia dan mencukupi kebutuhan.
Menilik data minyak goreng sawit selama tahun 2021, total kebutuhan nasional mencapai 5,07 juta ton.
Dari jumlah itu, rinciannya minyak curah industri mencapai 32 persen, curah rumah tangga 42 persen, kemasan sederhana 4 persen, dan kemasan premium 22 persen.
Sementara produksi nasional selama tahun 2021 mencapai 20,22 juta ton dengan rincian 5,07 juta ton atau 25,07 persen untuk konsumsi dalam negeri, dan 15,15 juta ton atau 74,93 persen diekspor.
Antrean warga berburu minyak goreng yang langka sudah berlangsung beberapa lama di banyak daerah.
Untuk mengendalikan harga pangan pokok, termasuk minyak goreng Wakil Presiden Maruf Amin meminta Kementerian Perdagangan dan Badan Pangan Nasional untuk menambah pasokan dan memperlancar distribusi.
Menurut wakil presiden, pemerintah akan menyeimbangkan pengendalian harga bahan pokok agar tak memberatkan pembeli dan tetap menguntungkan produsen maupun penjual.
Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika mengatakan, pihaknya berencana memanggil Kementerian Perdagangan untuk mengevaluasi kebijakan, agar dalam waktu dekat dapat menghadirkan kebijakan yang lebih responsive sehingga ketersediaan minyak goreng menjadi lebih terjamin.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/269814/polemik-kelangkaan-minyak-goreng-ombudsman-akan-panggil-kemendag