SEMARANG, KOMPAS.TV - Petani pemilik lahan dan penggarap sawah di Bulak Giripeni, Wates, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, menggelar Tradisi Wiwitan sebagai tanda dimulainya panen raya padi.
Prosesi Tradisi Wiwitan diawali dengan ritual memetik 16 batang padi oleh sesepuh adat untuk diserahkan kepada Bupati Kulon Progo Sutedjo. Usai menggelar doa bersama, kemudian dilanjutkan prosesi panen padi di lahan pertanian Surjan di Pedukuhan Dobangsan, Kelurahan Giripeni, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo.
Usai menggelar prosesi Wiwitan seluruh uborampe berupa tumpeng, sayur-mayur, ayam ingkung, sambal gepeng, dan aneka umbi, kemudian diarak keliling kampung menuju persawahan untuk dilakukan kenduri.
Setelah dua tahun tidak menggelar Tradisi Wiwitan akibat pandemi, para petani di Desa Giripeni akhirnya kembali menggelar tradisi ini dengan cara sederhana dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Upacara tradisi ini digelar sebagai wujud syukur petani atas hasil panen yang melimpah di musim tanam satu kali ini.
Hasil panen tahun ini meningkat dengan perolehan ubinan sekitar 6,46 meter persegi atau 10,35 ton per hektar, dibandingkan tahun lalu yang hanya mampu panen sekitar 8,9 ton per hektar.
"Ritualnya tadi dari ketua adat memimpin berdoa untuk memboyong padi pertama kali dipetik 16 batang. Diserahkan pada Bapak bupati sebagai pertanda, warga tani semangat untuk membantu pemerintah menjaga ketahanan pangan di daerah," kata Untung Suharjo, Ketua Gapoktan Giripeni
Saat ini, total luas lahan di bulak Giripeni mencapai 53 hektare, dan 10 hektare diantaranya adalah lahan tanam surjan yang kembali bisa digunakan pada musim tanam (MT ) pertama, dan turut berkontribusi dalam penyediaan padi serta beras di Kulon Progo.
#tradisiwiwitan #kulonprogo #bupatikulonprogo
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/268023/tradisi-wiwitan-wujud-syukur-panen-padi-melimpah