Perajin Tahu Tempe Bertahan dengan Mengurangi Ukuran

2022-02-23 617

PEKALONGAN, KOMPAS.TV - Beginilah kondisi di Kampung Tahu, Desa Babalan Lor, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan. Di kampung ini, sebelumnya terdapat sekitar 50-an pengrajin tahu dan tempe yang diwariskan secara turun menurun.

Selama enam bulan terakhir, hampir 50 persen pengrajin tahu dan tempe mengalami gulung tikar dan memutuskan beralih ke pekerjaan lain, seperti kuli bangunan atau merantau keluar kota. Kenaikan harga bahan baku dan minimnya keuntungan menjadi penyebab utama para pengusaha kecil.

Para pengrajin yang masih bertahan mengaku, terpaksa tetap memproduksi tahu dan tempe untuk memenuhi permintaan pelanggan. Untuk menyiasati harga kedelai yang terus naik hingga Rp 12.000 perkilogram, para perajin mengurangi takaran dan ukuran tahu dan tempe yang dijual.

"Ukurannya diperkecil, harganya masih sama. Harga kedelai sekarang Rp 11.000 perkilo, termasuk tinggi, biasanya Rp 7.000 ya. Naiknya sampai sekarang sudah enam bulan, naiknya bertahap," ujar Makim, perajin tempe.

"Kenaikan harga kedelai banyak pengrajin tahu yang alih profesi, soalnya susah sekarang kedelai. Kedelai dulu Rp 7.000 sekarang Rp 11.000 lebih, jadi cari untungnya itu susah. Sekarang yang masih bertahan cuma 50 persen," kata Kuswandi, Ketua Paguyuban Kampung Tahu.

Para perajin berharap pemerintah bisa segera mengambil langkah untuk menstabilkan harga bahan baku kedelai, agar mereka tetap bisa memproduksi.

#kedelai #tahutempe #pekalongan



Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/264217/perajin-tahu-tempe-bertahan-dengan-mengurangi-ukuran