SIDOARJO, KOMPAS.TV - Aksi mogok produksi tahu dan tempe, dilakukan 568 perajin yang berada di 3 kecamatan di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur.
Aksi ini untuk meminta pemerintah menekan harga jual kedelai yang kini tembus di angka Rp11 ribu per kilogramnya, padahal sebelumnya harga kedelai hanya berkisar Rp7 ribu hingga Rp9 ribu per kilogramnya.
Menurut ketua Pusat Koperasi Produsen Tahu Tempe, PUSKOPTI Kabupaten Sidoarjo.
Kedelai yang mereka gunakan untuk memproduksi tahu dan tempe ini, mayoritas merupakan komoditas impor, dari Amerika.
Digunakannya kedelai impor ini disebabkan, karena kualitas kedelai dalam negeri, masih belum memenuhi standar, produksi tahu dan tempe.
Sama halnya dengan perajin tahu dan tempe di Cianjur, Jawa Barat yang juga ikut mogok produksi.
Rumah produksi pun tampak sepi dari aktivitas, dan karyawannya juga terpaksa diliburkan karena tidak ada produksi.
Tingginya harga kacang kedelai impor saat ini, dinilai sangat merugikan mereka, yang kian kesulitan untuk menjual tempe tahu di pasaran, karena harga beli kedelai impor tak sebanding dengan harga penjualan tempe.
Baca Juga Jadi Satu-satunya Pendapatan, Pedagang Tahu-Tempe Eceran Kecil di Sumenep Tak Berani Berhenti Jualan di https://www.kompas.tv/article/263937/jadi-satu-satunya-pendapatan-pedagang-tahu-tempe-eceran-kecil-di-sumenep-tak-berani-berhenti-jualan
Sehingga memaksa produsen tempe menyiasatinya degan memperkecil ukuran, lantaran tak sanggup menutupi biaya produksi yang kian membengkak.
Itupun sangat berdampak terhadap penjualan tempenya karena banyak masyarakat yang merasa keberatan.
Mulai Senin (21/02) kemarin, selama tiga hari, pihaknya tidak akan melakukan produksi tempe, karena sudah sepakat untuk mogok massal.
Para produsen tahu dan tempe, akan kembali produksi pada hari Kamis (24/02) besok, namun akan ada penyesuaian harga dan ukuran untuk menutup biaya produksi.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/264008/usai-mogok-massal-harga-dan-ukuran-tahu-tempe-nantinya-akan-naik-menyesuaikan-biaya-produksi