Padahal Sudah Dinyatakan Sembuh, Tapi Mengapa Masih Merasakan Gejala Infeksi Virus Korona?

2022-01-25 11

JAKARTA, KOMPAS.TV - Untuk mengendalikan penyebaran Covid-19 terutama dari varian Omicron, pemerintah menyatakan telah mendistribusikan tes PCR dengan SGTF, guna membantu mempercepat proses tracing atau pelacakan varian Omicron. Tes ini diklaim bisa mendeteksi varian Omicron dalam 4-6 jam.

Sejak pertengahan Januari 2022 ini atau sekitar tiga pekan pascalibur Natal dan tahun baru, kasus Covid-19 di Indonesia mengalami tren kenaikan.

Sejak 18 Januari 2022, kisaran angka 1000-an kasus baru terus bertambah, bahkan ketika menyentuh angka 2000-an kasus di tanggal 20 Januari 2022, angka itu justru terus bertambah dan mulai masuk kisaran 3000-an kasus pada 22 Januari 2022.

Angka tersebut adalah angka tertinggi sejak Oktober 2021 yang belum pernah menyentuh 1.000 kasus.

Pemerintah harus segera cepat meredam angka kenaikan kasus Covid-19, termasuk potensi hadirnya gelombang varian Omicron di tanah air.

Dua kasus kematian Omicron di Jakarta membuktikan, meski sering disebut-sebut tidak memiliki dampak fatal terhadap penderitanya, pasien Omicron bisa semakin parah jika memiliki komorbid atau penyakit bawaan. Belum lagi potensi dampak "Long Covid" pada penderitanya.

Kenaikan kasus Covid, termasuk dari varian Omicron, patut diwaspadai. Terlebih dua orang pasien varian Omicron telah meninggal.

Apa risiko bahaya Omicron dan bagaimana menghindari risiko Long Covid serta mortalitas?

Ada Guru Besar FKUI, Profesor Tjandra Yoga Aditama yang juga Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara; ada pula Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman; dan Wakil Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, Dokter Agus Suryanto.

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/254836/padahal-sudah-dinyatakan-sembuh-tapi-mengapa-masih-merasakan-gejala-infeksi-virus-korona