JAKARTA, KOMPAS.TV - Pandemi covid-19 yang sudah berlangsung hampir 2 tahun tidak hanya meruntuhkan perekonomian, tetapi semakin menyulitkan angkatan kerja menemukan pekerjaan.
Sementara jumlah angkatan kerja baru, terus meningkat setiap tahun.
Bagaimana dampak kondisi ini jika tidak teratasi?
Dan sisi apa yang harus ditingkatkan pemerintah?
Kompas TV membahasnya bersama Piter Abdullah, Direktur Riset Center Of Reform On Economics.
Berdasarkan survei Angkatan Kerja Nasional yang dilansir Harian Kompas 15 Oktober, kenaikan tingkat pengangguran terbuka usia 15-19 tahun, naik menjadi 2,18 persen.
Data yang sama juga menunjukkan penurunan angkatan kerja baru yang mendapatkan pekerjaan dari 53,1 persen sebelum pandemic, menjadi 44,5 persen saat pandemi.
Peneliti The Smeru Research Institute Lia Amelia menyebut, kondisi ini berdampak buruk jangka panjang, seperti penurunan kualitas SDM, serta pendapatan rendah.
Menurut Direktur Ketenagakerjaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Bappenas, Mahatmi Parwitasari Saronto, persoalan ini dipicu sistem informasi pasar kerja dan darurat produktifitas yang terus menurun sejak 2018.
Pemerintah dituntut mendorong penguatan kualitas sumber daya manusia, demi peningkatan produktifitas angkatan kerja baru.
Jika tidak, kegagalan memanfaatkan bonus demografi atas populasi usia produktif yang besar mengancam di masa depan.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/222974/pengangguran-usia-muda-meningkat-pengamat-waspada-bencana-bonus-demografi