JAKARTA, KOMPAS.TV - Sabtu (02/10) siang, petugas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, didampingi tim dari Badan Riset Inovasi Nasional, atau BRIN, menyeberang laut untuk mengambil sampel air di perairan Ancol dan Muara Angke.
Inilah respons Pemprov DKI atas temuan riset soal tingginya konsentrasi pencemaran parasetamol atau, obat demam dan nyeri, di Teluk Jakarta.
Memang, pengambilan sampel air laut seperti ini rutin mereka lakukan dua kali setahun, untuk memantau kualitas air.
Namun keberadaan parasetamol tidak pernah diteliti dalam sampel, jika mengacu pada aturan parameter nutrisi, dalam baku mutu kualitas air laut Indonesia.
Sampel air laut ini pun akan dibawa dan diteliti di laboratorium.
Siapa yang menyangka, kandungan obat-obatan yang biasa kita minum saat demam atau sakit kepala, bisa menjadi kontaminan, yang mencemari lautan Indonesia?
Namun, saat ini, peneliti hanya bisa menduga sumber pencemarannya, karena masih dibutuhkan riset lebih lanjut.
Lantas apa sebenarnya dampak pencemaran parasetamol di laut untuk manusia, atau biota laut?
Peneliti juga tengah mendalami dampak paparan pencemaran parasetamol dalam jangka panjang, terhadap biota laut, salah satunya kerang biru.
Hasil riset menunjukkan, paparan jangka panjang parasetamol dalam konsentrasi tinggi, bisa memengaruhi sistem reproduksi kerang, dan dikhawatirkan bisa menekan populasinya.
Pemerintah pun didorong untuk transparan, dan konkret, menentukan langkah antisipasi agar dampak pencemaran ini tak menjadi lebih buruk.
Terlebih, di masa pandemi covid-19 saat ini, penggunaan obat tentu lebih tinggi.
Apalagi, parasetamol memang dikenal sebagai obat penurun panas dan nyeri, yang bisa didapatkan tanpa resep dokter.
Tentunya, masalah pencemaran lingkungan harus ditanggapi dengan serius.
Karena dampaknya tak sekadar berkaitan dengan produk laut, dan hasil tangkapan nelayan, tapi hasil tangkapan dari perairan teluk jakarta, juga dikonsumsi oleh masyarakat.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/217955/tindak-lanjut-temuan-kandungan-paracematol-di-teluk-jakarta-dinas-plh-ambil-sampel-air