KOMPASTV - Banyak ragam pilihan moda transportasi darat milik pribadi yang ada. Mulai dari mobil, sepeda motor atau kalau mau yang lebih selow lagi ya sepeda.
Tapi kata santai dan selow bagi sepeda kayaknya layak jadi perdebatan akhir-akhir ini. Apalagi kalau bukan fenomena ramainya road bike di jalan raya beberapa bulan belakangan ini. Belum lagi ditambah dengan viralnya pesepeda motor yang mengacungkan jari tengah ke rombongan pengendara road bike tempo hari. Diperkirakan hal ini terjadi lantaran pengendara motor kesal karena rombongan pesepeda memenuhi jalan sehingga menghalangi si kuda besi.
Roadbike, yang belakangan sering dijunmpai berkendara secara rombongan, mempunyai laju rata-rata di atas 30 km/jam ini jelas tak nyaman bila harus berkendara di atas karpet merah hadiah Pemprov DKI Jakarta yang bernama jalur sepeda, dengan luas hanya 2 m. Dilema memang. Dana miliaran rupiah ternyata tak mampu mencegah friksi yang kerap terjadi antar sesama pengguna jalan raya. Arogansi di jalan raya sebenarnya bukan terjadi baru kali ini saja. Dan bukan juga hanya pengendara sepeda saja yang melakukannya. Tapi, apa mau dikata. Kini mereka tengah jadi sorotan banyak orang. Label orang berada ditambah keistimewaan untuk mendahulukan pesepeda yang tercantum di UU no. 22 tahun 2009 sudah terlanjur tertanam dalam benak banyak orang yang kontra. Tak heran bila kemudian ada yang cemburu akan hal ini, seperti layaknya cerita sinetron tentang marahnya sang pacar karena harus tersingkir oleh jodoh pilihan yang bergelimang harta.
Banyak yang berpendapat bahwa logika, etika dan tenggang rasa menjadi jawabnya. Namun mengingat kebiasaan orang Indonesia yang makin mudah marah, apakah 3 hal ini cukup? Lalu kalau nggak cukup harus gimana? Bukankah penegakan UU & Peraturan sudah seharusnya mengambil peranan? Hanya saja problematika klasik selalu menyapa. Ya apalagi kalau bukan plin plan nya para penegak hukum di negeri ini.
Rasanya salah juga, bila terus mengutuk para pesepeda. Toh sesungguhnya hobi ini bisa datangkan banyak manfaat. Badan sehat, menambah sahabat, menjaga kewarasan di masa edan karena pandemi & juga yang tak kalah penting menambah penghasilan dari berbagai lapangan pekerjaan baru yang tercipta dari sepeda.
Lalu harus bagaimana? Yaa semoga saja apa pun yang terlontar, baik yang tersurat maupun tersirat, di Ngopi TOLAK AROGANSI DI JALAN RAYA ini mampu buka wacana & cakrawala baru untuk menyetop arogansi apapun yang terjadi di jalanan Indonesia.