KOMPAS.TV - Hampir satu setengah tahun, anak-anak Indonesia belajar di rumah untuk memutus rantai penularan covid-19.
Kini, kasus corona belum melandai. Namun, Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim berkeras membuka sekolah dengan skema tatap muka pada bulan Juli.
Untuk mencapai target tersebut tenaga pendidik telah diprioritaskan sebagai penerima vaksin covid-19.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti mengatakan dibukanya kembali sekolah tatap muka seharusnya bukan berdasar, karena seluruh guru sudah divaksin.
Tetapi lebih pada kesiapan sekolah dalam menggelar pembelajaran tatap muka.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Windhu Purnomo mengingatkan pemerintah harus mempertimbangkan kondisi epidemiologi, dua minggu sebelum membuka sekolah tatap muka.
Jika kasus corona belum melandai, maka rencana itu harus ditunda.
Di sisi lain, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menyebut kenaikan kasus covid-19 pasca lebaran masih akan terjadi beberapa waktu ke depan.
Diprediksi, peningkatan kasus corona akan mencapai puncak pada akhir bulan Juni 2021.
Sekolah tatap muka yang telah dilaksanakan di sejumlah daerah, sempat memunculkan klaster covid-19.
Di Pekalongan, Jawa Tengah, klaster penularan covid-19 muncul di salah satu SMA.
Ada 37 guru terkonfirmasi positif corona, sehingga sekolah tersebut ditutup sementara.
Sebelumnya, di akhir Maret muncul klaster penularan di SMA 1 Sumatera Barat, Padang Panjang, dimana puluhan siswa terkonfirmasi positif corona.
Saat ini, kasus covid-19 di tanah air belum melandai.
Kesiapan pemerintah, guru, orangtua dan siswa menjadi kunci utama sebelum pembelajaran tatap muka.