KOMPAS.TV - Abdurrahman Wahid atau lebih terkenal dengan sebutan Gus Dur adalah Presiden Keempat Republik Indonesia.
Gus Dur menduduki kursi orang nomor satu di Indonesia pada 20 Oktober 1999, menggantikan B.J. Habibie. Masa pemerintahannya tidak lama, Gus Dur menjabat sebagai Presiden Indonesia hingga 23 Juli 2001.
Gus Dur lahir di Jombang, 7 September 1940, merupakan anak pertama dari enam bersaudara.
Gus Dur adalah putra dari KH Wahid Hasyim dan Hj. Sholichah. Gus Dur juga merupakan cucu dari KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama.
Semasa kecil, Gus Dur sempat berpindah dari Jombang ke Jakarta untuk menempuh pendidikan karena mengikuti ayahnya.
Sepeninggal KH. Wahid Hasyim pada 1954, Gus Dur meneruskan pendidikannya di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
Setelah itu, Gus Dur melanjutkan studi di sejumlah pesantren di tanah air, dan sempat berkuliah di Al-Azhar University, Kairo, Mesir.
Pada masa pemerintahannya, Gus Dur dikenal sebagai "Bapak Pluralisme" yang menjunjung tinggi keberagaman di berbagai hal, terutama suku, agama, dan ras.
Gus Dur mampu mendobrak diskriminasi warga Tionghoa di Indonesia dengan mencabut Inpres nomor 14 tahun 1967 tentang Larangan Kegiatan Perayaan Imlek.
Sejumlah kebijakan Gus Dur dalam bidang politik selama masa kepemimpinannya, di antaranya:
- Memisahkan TNI dengan Polri.
- Membubarkan Departemen Penerangan dan Departemen Sosial.
- Menerapkan otonomi daerah.
Gus Dur pernah melontarkan ide pencabutan TAP MPRS no XXV/1966 tentang pembubaran PKI dan larangan menyebarkan paham komunisme/marxisme-leninisme.
Di era Gus Dur, pertumbuhan ekonomi mampu tumbuh hingga ke 4,9 persen di tahun 2000. Gus Dur juga berhasil menurunkan rasio gini (ketimpangan ekonomi) hingga 0,31, atau terendah dalam 50 tahun terakhir.
Gus Dur meninggal dunia pada 30 Desember 2009 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Ia wafat di usia 69 tahun, dan dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur.(*)
Grafis: Agus Eko