LONDON — Robot yang diberi nama ‘The Third Eye’ atau Mata Ketiga ini, diciptakan oleh seorang mahasiswa industrial design, Minwook Paeng.
Dikembangkan oleh Paeng sebagai bagian untuk mendapatkan gelar teknik desain inovasi di Royal College of Art and Imperial College London.
Perangkat ini berfungsi untuk melihat rintangan sekitar ketika mata si pemakai sedang fokus pada layar ponselnya.
The Third Eye dibuat dengan menggunakan platform elektronik open-source Arduino. Terdiri dari badan plastik transparan yang mampu dipasang ke dahi menggunakan bantalan gel tipis.
Mata robot akan membuka kelopak mata plastiknya secara otomatis ketika kepala sedang menunduk.
Pada mata robot, juga terdapat speaker dan giroskop - sensor yang digunakan pada smartphone untuk mendeteksi orientasi ponsel dan secara otomatis memutar layar.
Jadi perangkat akan mengeluarkan suara peringatan apabila ada penghalang yang terdeteksi berada pada jarak 1 meter dari si pemakai.
Dengan robot ‘mata ketiga’, si pemakai bisa fokus dengan dunianya di layar ponsel tanpa perlu khawatir menabrak sesuatu.
Sebenarnya proyek ini adalah gambaran satir bagaimana ‘homo sapiens’ berevolusi menjadi ‘phono sapiens’.
"Dengan menggunakan smartphone dalam postur tubuh yang buruk, tulang leher kita condong ke depan memberi kita 'sindroma leher penyu' dan kelingking yang kita sandarkan pada ponsel kita menekuk di sepanjang jalan," katanya kepada Dezeen.
Alih-alih mencoba untuk menyangkal atau mengurangi kebiasaan buruk dalam penggunaan smartphone, project Paeng ini justru menerima kenyataan yang tak terhindarkan.
Karena menurutnya, penggunaan smartphone sudah meresap dalam kehidupan modern sehingga tidak mungkin menyangkal adanya evolusi phono sapiens.
"Saya berharap tindakan yang secara ironis menunjukkan apa yang kita lakukan dengan ponsel cerdas kita, dapat membantu orang meluangkan waktu untuk refleksi diri,” tambahnya.
SOURCES: Dezeen
https://www.dezeen.com/2021/05/06/minwook-paeng-third-eye-design/
https://www.youtube.com/watch?v=m-ly_eYOgDw