KOMPAS.TV - Bisnis ritel menjadi salah satu sektor usaha yang terperosok paling dalam akibat pandemi covid-19.
Sejumlah perusahaan ritel pun mengalami kerugian, bahkan tak sedikit yang menutup usahanya.
Bagai sudah jatuh tertimpa tangga, ada juga peritel yang harus menghadapi gugatan pailit atau permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Pemulihan ekonomi dan vaksinasi covid-19 menjadi katalis positif yang kembali mengangkat bisnis ritel.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengamani hal tersebut.
Namun, kondisi saat ini belum secara signifikan mendongkrak pemulihan industri ritel.
Roy menyebut selama 2020, tercatat ada 5-6 toko yang mengalami gulung tikar setiap hari. Kemudian, sepanjang 2021 ini tercatat 1-2 toko yang mengalami gulung tikar.
Oleh sebab itu, Roy pun meminta pemerintah agar mempertimbangkan pemberian insentif terhadap pelaku usaha ritel, termasuk ritel modern. Insentif tersebut dapat berupa kucuran stimulus dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Penjualan ritel selama Bulan Ramadan diperkirakan tak akan melonjak drastis. Pembatasan kegiatan selama lebaran membuat penjualan ritel tertekan.
Proyeksi ini tercermin dalam hasil survei penjualan eceran Bank Indonesia. Di mana, indeks ekspektasi penjualan Mei mendatang hanya 150,5 tak bergerak jauh dari bulan sebelumnya di 150,4.
Akhir pekan lalu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani merespons kekhawatiran pengusaha ritel akibat pandemi.
Pembatasan mobilitas tetap harus dilakukan untuk menekan penyebaran covid-19.
Meski demikian, pemerintah tetap mendorong belanja dengan cara-cara lain termasuk mempercepat vaksinasi covid-19 dan beragam bantuan sosial.
Simak pembahasan lebih jelas bersama Roy Nicholas Mandey, Ketua Umum Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) dalam tayangan berikut ini.