PALU, KOMPAS.TV - Terinsipirasi dari bencana gempa dan likuefaksi pada 28 september 2018 silam, seorang mahasiswi di Universitas Tadulako menciptakan alat peraga deteksi likuefaksi, alat ini dibuat untuk tugas akhirnya dan telah mendapat dua hak paten sederhana dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan Ham RI.
Alat peraga deteksi bencana likuefaksi dengan alarm merupakan ciptaan dari seorang alumni mahasiswi Universitas Tadulako, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), alat sederhana ini dilengkapi dengan dua sensor penting dan alarm, satu sensor gerak untuk deteksi gempa, dan sensor kelembapan untuk deteksi likuefaksi.
Alumni UNTAD itu bernama Andriaztika Lala, saat masih berstatus mahasiswi, andriaztika menciptakan alat peraga itu untuk tugas akhirnya, prinsip kerja alat itu akan membunyikan alarm nada pendek jika terjadi gempa dan alarm nada panjang jika terjadi likuefaksi.
Kini alat itu telah mendapat hak paten sederhana dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan Ham RI, Sahrul Saehana seorang dosen pembimbing Andriaztika saat itu ikut membantu dalam ide pembuatan alat peraga itu.
Setelah mendapatkan hak paten alat peraga itu pun rencananya akan dibuat lagi sebagai alat peraga pada pelajaran tentang bumi dan antariksa, alat itu dapat menjelaskan secara singkat awal terjadinya likuefaksi dengan diawali dari gempa bumi.
#AlatDeteksiLikuefaksi #UNTAD #GempaSulteng