SURABAYA, KOMPAS.TV - Kempit detektornya sebentar. Lalu dalam dua menit, hasilnya keluar, langsung lewat pesan whatsapp di telepon genggam.
Inilah kecanggihan alat hasil inovasi guru Besar Institut Teknologi Sepuluh November, ITS Surabaya.
Namanya inose c-19, yang diklaim bisa mendeteksi covid-19 lewat bau ketiak.
Mantan Menteri Pendidikan, Muhammad Nuh juga ikut mencoba alat yang sudah lolos uji klinis tahap satu ini.
Untuk menguji akurasinya, para peneliti ITS pun menghibahkan alat ini, ke sejumlah rumah sakit di Surabaya, untuk diuji coba.
Meski penemunya mengklaim, alat ini memiliki tingkat akurasi deteksi mencapai 91 persen, namun masih butuh uji profil, dan uji diagnosis dengan lebih banyak sampel, untuk memastikan akurasinya, sebelum bisa mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan.
Alat deteksi covid-19 lewat bau ketiak ini, disebut hanya membutuhkan biaya sekitar 10.000 rupiah untuk setiap sampel.
Mirip seperti Genose, buatan UGM, alat ini juga menggunakan prinsip deteksi volatile organic compound, atau senyawa organik yang mudah menguap dari bau keringat ketiak, dan mengolah datanya dengan kecerdasan buatan.
Pengembangan alat ini dipimpin Guru Besar dari departemen Teknik Informatika ITS dan melibatkan mahasiswanya dari jenjang magister dan doktoral.
Para penelitinya juga menegaskan ini adalah alat pertama di dunia, yang mendeteksi covid-19 lewat bau keringat.
Meski demikian, seperti alat deteksi covid-19 lewat napas yang dikembangkan UGM, alat Inose c-19 ini juga tidak bisa menggantikan tes usap PCR, sebagai mekanisme diagnosis atau pemeriksaan standar covid-19.
Hingga saat ini, kedua alat ini, hanya bisa digunakan sebagai alat screening, atau deteksi awal covid-19, yang harus dikonfirmasi lagi dengan tes PCR.