BANJAR, KOMPAS.TV - Orang tua almarhum Prada Ginanjar, Dede Anda dan Yati Suryati, hanya bisa pasrah setelah menerima kabar dari Komandan Bataylon jika anaknya telah gugur dalam kontak senjata dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kabupaten Intan Jaya, Papua.
Dede Anda menerima kabar sekitar pukul 08.30 pagi saat dirinya sedang menyapu depan halaman rumah.
Saat itupun Dede langsung memberitahu kepada istrinya dan kakaknya, Anti Yunita Suprianda.
Menurut Dede, sebelum menerima kabar buruk tersebut, tak seperti biasanya dirinya merasa lemas badan.
Bahkan saat akan membersihkan rumput depan rumah pun merasa tidak kuat kemudian dirinya secara tidak sengaja beberapa hari sebelumnya sering melihat foto waktu kecil Ginanjar.
Kemudian dirinya didatangi dua orang tamu tak dikenal dan menanyakan rumah Prada Ginanjar.
Secara kebetulan istrinya mendapat telepon dari komandan anaknya dan sudah punya firasat lain apa yang telah terjadi pada anaknya.
Menurut Dede, Ginanjar merupakan anak kedua dari dua bersaudara dan masuk anggota TNI tahun 2018 diterima 406 Purbalingga, kemudian ditugaskan di Batalyon Infanteri (Yonif) 400 Banteng Raider.
Dede terakhir komunikasi dengan anaknya pada hari Minggu (14,02) kemarin dan sempat bertkomunikasi lewat telepon dengan Ginanjar sambil menanyakan sedang memasak ikan asin, Dede sempat kaget setelah jadi tentara hobinya makan asin terus.
Kini pihak keluarga menerima gugurnya Ginanjar sebagai sebuah takdir dari yang maha kuasa.
Bahkan Ginanjar sudah menjadi kebanggaan karena telah berhasil menjadi anggota TNI, cita-citanya sejak kecil.
Saat ini pihak keluarga terus melakukan komunikasi dengan pihak TNI mengenai mekanisme kepulangan jenazah Ginanjar.
Menurut informasi, jenazah Prada Ginanjar diberangkat pukul 13.00 WIT atau pukul 11.00 WIB siang dengan menggunakan pesawat Batik Air dan dijadwalkan tiba Jakarta sekitar pukul 13.00 siang kemudian langsung menuju kampung halamanya di Kelurahan Mekarsari, Kota Banjar, Jawa Barat.
Rencananya jenazah akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Bahagia Kota Banjar dengan proses pemakaman militer.
Namun kedua orang tua meminta kepada aparat pemerintah agar anaknya ingin di makamkan secara aturan islam.