JAKARTA, KOMPAS.TV - Empat tahun guyub bersama Anies Baswedan di panggung DKI, Partai Gerindra lakukan manuver mengejutkan. Salah satu kadernya, Ali Lubis, yang merupakan Ketua DPC Partai Gerindra Jakarta Timur, tiba-tiba menyuruh Anies mundur sebagai Gubernur! Apa sebab? Anies dianggap tidak mampu atasi penularan masif Covid-19 di DKI Jakarta. Sontak, aksi Ali Lubis mengundang tanya. Apakah Anies dan Gerindra pecah kongsi?
Meski "celoteh" Ali buru-buru dibantah Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, yang keesokan harinya datang ke Balaikota menemui Wakil Gubernur, Riza Patria. Sufmi mengatakan, permintaan mundur itu merupakan pernyataan pribadi, bukan atas nama partai. Lebih lanjut Sufmi mengklaim bahwa hubungan Gerindra dan Anies masih tetap solid. Benarkah? Sulit untuk menafikan, karena sejumlah spekulasi muncul setelah pernyataan Ali.
Bertepatan dengan pembahasan RUU Pemilu di DPR tentang jadwal Pilkada yang akan dilangsungkan pada 2022/ 2023 atau 2024, tindakan Ali disinyalir sebagai "pembuka jalan" bagi sepak terjang Partai Gerindra (baca: Prabowo Subianto) di panggung politik 2024. Maklum, Anies santer disebut sebagai salah satu lawan terberat Prabowo menuju kursi RI-1 pada tahun 2024 nanti. Apalagi, jika Pilkada dan Pilpres dilakukan serentak tahun 2024, maka sejumlah kepala daerah potensial "nyapres", akan hilang panggung. Mereka adalah, diantaranya, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo yang notabene langganan posisi teratas survei elektabilitas Capres 2024. Para kepala daerah "rising star" itu, diketahui habis masa jabatan pada 2022 dan 2023. Bilakah spekulasi-spekulasi ini terjawab? Jurnalis Kompas TV, Aiman Wijaksono, mengulasnya.