JAKARTA, KOMPAS.TV Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadiki ungkapkan testing corona di Indonesia selama ini salah secara epidemiologi. Ia juga mengatakan belum ada jaminan jika pelaksanaan program vaksinasi bisa serta merta mengakhiri pandemi Covid-19.
Hal itu dijelaskan Budi dalam acara Vaksin dan Kita yang diselenggarakan Komite Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Daerah Jawa Barat dan ditayangkan kanal Youtube PRMN Suci, Jumat (22/1)
Budi jelaskan testing Covid-19 di Indonesia tinggi karena menyasar pada pihak yang itu-itu saja, ia mencontohkan dirinya yang mendapat testing selama 5 kali tes Covid-19.
"Testingnya banyak, kenapa (kasus positif Covid-19) naik terus. Habis yang ditesting orang kayak saya. Saya setiap mau ke Presiden dites. Seminggu bisa lima kali dites karena masuk Istana. Emang bener begitu? Pastinya tak begitu harusnya," ujar Budi Gunadi
Menurut Budi, Berdasarkan ilmu epidemiologi, testing seharusnya menyasar para suspek Covid-19, dengan kata lain, testing mandiri seperti yang dilakukan orang saat berpergian tidak masuk dalam testing epidemiologi.
Budi juga jelaskan ia mengaku kapok menggunakan data dari Kemenkes dan lebih memilih menggunakan data yang dimiliki oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
"Saya sudah kapok, saya gak mau lagi pakai datanya Kemenkes, di crossing-crossing data dukcapil. Aku pakai datanya KPU, kita ambil KPU manual. Kemarin baru pemilihan itu di Jabar, kayaknya itu yang paling current, basednya untuk rakyat di atas 17 tahun," jelas Budi.