JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden tampaknya tak bisa berlama-lama membiarkan dua kursi Menterinya kosong ditinggalkan pemiliknya yang kini mendekam di Rutan KPK.
Penahanan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo dan mantan Menteri Sosial, Juliari Batubara dinilai menjadi momentum bagi Presiden Joko Widodo untuk merombak ulang kabinet.
Rapat empat mata antara Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin pada hari Senin (21/12) pagi menguatkan sinyak kocok ulang kabinet.
Dalam wawancara khusus di Program Rosi, Presiden Jokowi menegaskan perombakan kabinet bisa dilakukan kapan saja jika diperlukan, tanpa ada beban.
Komunikasi Presiden dan Partai Politik pendukungnya pun semakin intens.
Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto kepada Kompas.com menyebut, "Secara periodik, Ibu Megawati Soekarnoputri bertemu dengan Presiden Jokowi. Komunikasi memang sudah dilakukan,".
Sementara itu, elite Partai Gerindra menyerahkan semuanya pada Presiden terkait kursi Menteri Kelautan dan Perikanan yang kosong.
Kepastian soal perkenalan calon Menteri baru pada hari Selasa (22/12) ini disampaikan Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono.
"Tentunya akan diperkenalkan kepada publik oleh Bapak Presiden. Waktunya menyesuaikan waktu Bapak Presiden, bisa pagi atau siang," Kata Heru Budi Hartono seperti dikutip laman Kumparan.com
Rabu Pon, 23 Desember 2020 diprediksi jadi hari pilihan Presiden untuk mengumumkan dan memperkenalkan jajaran Menteri barunya.
Pengumuman reshuffle di kabinet pada hari Rabu Pon, tepat pada weton kelahiran Jokowi, sebelumnya sudah beberapa kali terjadi dan diamini oleh kader partai pendukungnya.
17 politisi pilihan Presiden masuk di Kabinet Indonesia Manju, satu tahun lalu.
Lalu kini, benarkan ada 6 hingga 8 nama yang masuk bursa perombakan kabinet?
Belajar dari pengalaman, siapapun sosok Menteri pilihan Presiden, pertimbangan paling utama haruslah integritas anti korupsi, kapabilitas dan komitmen memajukan rakyat Indonesia.