Sejak era reformasi, 3 menteri sosial dari 3 partai politik berbeda tergelincir kasus korupsi. Peristiwa itu memunculkan pertanyaan, ada apa sebenarnya di Kementerian yang pernah dibubarkan Presiden Abdurrahman Wahid.
Kecelakaan yang dibuat Mensos Juliari Batubara mengingatkan publik akan wawancara Presiden Abdurrahman Wahid dengan Andi Noya. Potongan video itu beredar luas dan Gus Dur menjelaskan mengapa Departemen Sosial dibubarkan, bukan hanya Depsos tapi juga Departemen Penerangan.
Menjawab pertanyaan Andi Noya, Gus Dur mengatakan ia membubarkan Departemen Sosial, karena departemen yang tugasnya membantu orang miskin ternyata banyak tikus, dan tikus-tikus itu telah menguasai lumbung besar yang bernama Departemen Sosial.
Juliari Batubara politisi PDIP Perjuangan ditahan KPK atas tuduhan menerima suap paket sembako yang disiapkan untuk orang terdampak pandemi Covid-19. Modus korupsinya terlalu sederhana dan sangat mudah untuk diketahui masyarakat ataupun aparat penegak hukum.
Mensos mengutip dana Rp 10.000,- untuk 1 paket sembako. Dari kutipan itu, Mensos dituduh menerima dana Rp 17 miliar rupiah. Sejumlah pejabat Kemensos juga ikut ditangkap. Uang dalam koper menjadi barang bukti.
Kemensos bukan hanya lahan basah karena menguasi anggaran besar, sekitar 120 triliun di masa pandemi, tapi juga licin karena telah menjerumuskan menteri.
Bagi Presiden Jokowi, tak perlu menunda waktu untuk mengganti menteri yang korup dan memilih menteri yang berkarakter kuat untuk membangun negeri, yang karyanya sudah nyata dan bisa memastikan terwujudnya visi dan misi presiden.
Membiarkan Kementerian kosong memberikan kesan tidak baik kepada publik dan mengesankan presiden tersandera.
Masih banyak orang baik dan mau bekerja untuk negeri. Lihatlah karya nyata mereka yang telah mengubah wajah pelayanan publik, meski mereka bukan dari partai politik.