LAMPUNG, KOMPAS.TV - Pandemi Covid-19 masih menyisakan banyak cerita tentang perjuangan warga yang harus mengais rezeki di tengah keterbatasan.
Seperti kisah ibu-ibu pembuat emping melinjo di kampung Tanjung Jati, Bandar Lampung. Meski permintaan dirasakan kian menurun, mereka tak pantang menyerah dengan berusaha menghasilkan emping yang berkualitas agar tetap laku dipasaran.
Sebagian besar warga di Kampung Tanjung Jati, Kelurahan Negeri Olok Gading, Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar Lampung ini bekerja sebagai pembuat emping melinjo. Pekerja ini merupakan jenis usaha yang didapat dari turun temurun keluarga.
Sejak pandemi Covid-19 merebak, kondisi ini diakui menjadi masa yang tidak mudah yang dirasakan ibu-ibu pembuat emping melinjo. Pasca permintaan akan emping melinjo turut terdampak yang mengalami penurunan penjualan, hal ini pun tentunya berdampak pada pendapatan yang berkurang.
Salah satu warga yang merasakan dampaknya adalah Unayah. Ibu dari dua orang anak ini bercerita, pendapatannya kini turun hingga 50 persen jika dibandingkan saat kondisi normal.
Biasanya Unayah mampu membuat 20 kilogram emping, namun kini ia hanya mampu memproduksi 10 kilogram per minggu. Dari jumlah ini ia harus puas dengan mendapatkan uang senilai 500 ribu rupiah dalam satu bulan.
Biasanya permintaan akan emping melinjo datang dari perorangan atau juga datang dari sentra oleh-oleh yang ada di kota Bandar Lampung.
Meski permintaan yang berkurang akibat dampak pandemi Covid-19, Unayah bersama warga lainnya maish tetap bertahan dengan terus memproduksi emping melinjo. Hal ini dilkaukan agar tetap bisa menghidupkan ekonomi keluarga meski dengan hasil yang tidak seberapa.
#empingmelinjo #UMKM #covid19