JAKARTA, KOMPAS.TV Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menilai media sosial kini telah dimanfaatkan juga sebagai media propaganda.
Ia menyebut politik identitas yang juga merupakan bahasa keren dari teknik propaganda, karena dengan politik identitas, kepercayaan masyarakat dapat tergerus dan menjadi mudah meraih dukungan.
Hal ini dijelaskan Panglima TNI saat menjadi keynote speaker dalam webinar dengan tema "Sinergi Anak Bangsa dalam menjaga keutuhan Bangsa dan negara dari Aksi Separatisme di Dunia Maya"
"Langkah semacam itu merupakan propaganda untuk memecah belah. Dalam bahasa kerennya kita sebut sebagai politik identitas. Politik identitas inilah yang sejatinya digunakan oleh penjajah untuk mengadu domba bangsa kita sehingga tidak bersatu dan mudah dijajah di masa lalu. Politik identitas ini kembali marak digunakan sejak beberapa tahun belakangan ini karena dinilai mudah untuk menggerus kepercayaan masyarakat dan mudah untuk meraih dukungan,"ujar Panglima.
Dalam hal ini ia mengambil contoh propaganda di media sosial yang bertujuan dalam memisahkan diri dari NKRI marak terjadi.
Ia berpendapat dengan memanfaatkan dunia maya, aksi ini dinilai lebih efektif dibandingkan perlawanan bersenjata.
"Aksi propaganda yang dilakukan di dunia maya ditujukan untuk memperoleh dukungan internasional atas perjuangan kelompok separatis. Aksi ini dinilai lebih efektif dibandingkan perlawanan bersenjata yang mereka lakukan terhadap pemerintah",ujar Hadi
Panglima mengatakan tindakan separatis ini harus diantisipasi, karena dapat dikhawatirkan bisa membentuk opini negatif terhadap pemerintah, sehingga bisa membuat kesalahan pandangan terhadap isu sebenarnya dan menguatnya pendukung gerakan separatis itu sendiri di dalam dan luar negeri.