5 Cara yang Pembisnis Lakukan Untuk Bertahan di Masa Sulit

2020-10-19 13,173

JAKARTA, KOMPAS.TV - Raksasa bisnis Tanah Air ramai-ramai menjemput bola konsumen, demi mempertahankan usaha dan menghidari PHK karyawan.

Pizza Hut turun ke jalan bikin lapak kaki lima, kemudian restoran tawan melakukan hal yang sama.

Coba anda cari di dunia, apakah kedai kopi Starbucks menjual kopi literan dengan obral diskon? Itu hanya terjadi di Indonesia.

Apa kata akademisi dan ahli pemasaran tentang jerih payah usaha kuliner? Berikut ulasan kami.

Cara bertahan bisnis saat mobilitas terpasung oleh pandemi, dibuat jungkir balik.

Di Indonesia, yang jelas kentara bekerja "Kaki untuk kepala, kepala untuk kaki" adalah bisnis kuliner.

Restoran besar, ramai-ramai berendah hati turun ke jalan, hanya untuk bertahan.

Pizza Hut, pertama dalam sejarah buka lapak tenda kaki lima, kemudian Starbucks yang seakan "Turun Kasta" menjual kopi literan dengan oberal diskon. Semua ini terjadi di Indonesia.

Tidak hanya inovasi menjemput konsumen dengan perubahan cara berbisnis.

Kedai yang harusnya tidak beroperasional milik Ta Wan atau Eatwell Culinary Indonesia pun, berfikir keras agar dapurnya tetap ngepul, demi menghindari PHK karyawan.

Guru besar fakultas ekonomi Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, menilai berbagai strategi yang diterapkan pengusaha di tengah pandemi, adalah naluriah yang harus dimiliki pebisnis.

Belajar dari pandemi, kini pebisnis dituntut memiliki sense of crisis, sehingga mampu memetakan strategi jangka pendek maupun jangka panjang, untuk bertahan.

Sedikitnya ada lima yang harus pebisnis lakukan untuk bertahan di masa sulit.

1. Investasi teknologi untuk memudahkan dan memurahkan,
2. Memberi keterampilan baru karyawan,
3. Shifting atau perubahan pola berbisnis,
4. Petakan kelemahan,
5. Hitung asumsi kondisi masa depan.