KOMPAS.TV - Utang Luar Negeri Indonesia terus merangkak naik sejak pandemi covid-19.
Bank Indonesia mencatat pada Agustus 2020, utang luar negeri Indonesia berada di posisi 413,4 Miliar Dolar Amerika Serikat dan terus bertambah sejak Maret, awal mula pandemi covid-19.
Angka ini juga naik setidaknya 5 persen dibandingkan dengan setahun sebelumnya.
Komposisi terakhir, sebanyak 49 persen merupakan utang luar negeri pemerintah dan bank sentral, sementara sisanya dari sektor swasta.
Selain penarikan neto utang, bertambahnya utang luar negeri, khususnya utang berdenominasi rupiah, juga didorong oleh penguatan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat.
Bulan Agustus, Utang Luar Negeri pemerintah tercatat 200,1 Miliar Dollar Amerika Serikat.
Pertumbuhan tahunannya lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan juli kemarin.
Menilik 5 teratas prioritas belanja pemerintah, jika dilihat dari komposisi utang luar negeri. Maka sektor terbesar ada di jasa kesehatan dan kegiatan sosial, sebesar 23,7 persen dari total utang luar negeri pemerintah.
Disusul oleh konstruksi, jasa pendidikan,administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, serta jasa keuangan dan asuransi.
Kondisi ini tidak terlepas dari penarikan pinjaman dari lembaga multi-lateral, untuk penanganan covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional.
Bagaimana dengan utang luar negeri dari sektor swasta.
Kita lihat datanya. Utang luar negeri swasta ini, pertumbuhan tahunan-nya lebih tinggi dari pemerintah, yakni 7,9 persen agustus kemarin. BI menyebut, penarikan pinjaman banyak digunakan untuk pembiayaan investasi perusahaan. Sekitar 77 persen, terserap dari 4 sektor usaha ini.
Terbanyak, pada jasa keuangan dan asuransi. Lalu, pengadaan listrik, gas, uap dan udara, pertambangan dan penggalian, serta industri pengolahan.
BI menyebut struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat, dan di-kelola secara hati-hati.
Rasio terhadap PDB di posisi stabil 38,5 persen, dan didominasi oleh utang jangka panjang.