PROBOLINGGO, KOMPAS.TV - Talenan kayu atau alas papan untuk mengiris sayur mayur dan lauk-pauk bagi sebagian orang tentu barang biasa, namun ditangan kakak-beradik Leda Azzadinas Haque dan Ledy Fitra Ramadhani talenan kayu disulap menjadi karya seni bernilai jual tinggi.
Dari tangan dua dara asal Desa Sumur Mati, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur ini talenan menjadi aneka lukisan kayu untuk keperluan souvenir dan cinderamata.
Ide awal kerajinan ini bermula saat Leda masih menimba ilmu di pesantren pada tiga tahun lalu.
Ia melihat banyak talenan tak terpakai di dapur pesantren, lalu berimajinasi agar perabot rumah tangga ini bisa mempunyai nilai jual lebih.
Namun, kesibukan membuat niat itu tidak kesampaian.
Memasuki pandemi covid-19, barulah Leda dan adiknya Ledi mempunyai banyak waktu longgar di rumah.
Sejak lima bulan, Mereka lantas menekuni seni lukis talenan dan kebetulan, keduanya mempunyai darah seni dari sang ayah.
Namun tak mudah untuk merubah talenan menjadi karya lukis, kayu yang berpori membuat cat gampang menyerap jika tidak dilumuri warna dasar.
Selain itu, antara Leda dan Ledy mempunyai karakter lukis berbeda sehingga sulit berkolaborasi.
Dipasarkan via media sosial, karya lukis dengan label produk 'kukadokau'ini justru diburu pembeli.
Mayoritas para pembeli berasal Jawa Barat serta wilayah pulau Kalimantan dan Sumatera.
Harga jual per keping talenan lukis paling mahal dibandrol 60 ribu rupiah.
Sementara talenan lukis custom, dilepas seharga 70 ribu rupiah bergantung pada tingkat kesulitan