KOMPAS.TV - Kisruh dan ancaman pelaporan polisi mencuat di internal tim pemenangan salah satu pasangan calon Wali Kota Makassar Sulawesi Selatan.
Kisruh diduga dipicu hasil survei elektabilitas, kerja sama tim pemenangan dan Lembaga Survei Polmark Indonesia.
Konflik ini terjadi di tim pemenangan Pasangan Calon Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin Abdul Rahman Bando atau Appi-Rahman.
Ketua tim sukses Appi Rahman, Erwin Aksa berencana melaporkan CEO Polmark Indonesia, Eep Syaefulloh, terkait kontrak kerja sama survei elektabilitas, senilai satu setengah miliar rupiah.
Pasangan Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin-Abdul Rahman Bando, Appi-Rahman, menghentikan kerja sama dengan Lembaga Konsultan Politik Polmark.
Penghentian kerja sama itu berawal dari beredarnya meme hasil survei, yang menempatkan pasangan calon Appi-Rahman unggul ketimbang tiga bakal calon lainnya, di Pilkada Makassar.
Namun CEO Polmark Indonesia, Eep Saefulloh Fatah menegaskan, tidak pernah menyebarluaskan data hasil survei, yang mengunggulkan kandidat appi-rahman di Pilkada Makassar 2020.
"Saya dan polmark indonesia tak pernah membuat bahan publikasi itu. Ada pihak lain yang membuatnya. Kami tidak tahu menahu. Saya dan polmark indonesia tak bertanggung jawab atas isi bahan publikasi itu," kata Eep seperti kami kutip dari kompas.com.
Sikap Polmark yang seolah mengingkari hasil survei itu diprotes oleh Ketua Tim Pemenangan Appi-Rahman, Erwin Aksa.
Menurut Erwin, polmark menjadi konsultan politik pasangan Appi-Rahman sejak 19 Agustus lalu, dan hasil survei itu pernah dipresentasikan beberapa waktu lalu.
Tim Appi-Rahman memutuskan untuk memecat Eep sebagai konsultan politik, dan melaporkannya ke polisi.
Kisruh antara pasangan calon dengan lembaga survei jangan sampai berdampak pada tercorengnya proses demokrasi dan membuat masyarakat enggan menggunakan hak pilihnya.