JAKARTA, KOMPAS.TV - Indonesia tak mau hanya bersandar, pada vaksin bikinan asing.
Pembuatan vaksin dalam negeri, yang diberi nama vaksin merah putih pun terus dikebut.
Hingga saat ini, proses pengembangannya baru mencapai 40 persen, tapi presiden optimistis, vaksin karya anak bangsa ini bisa masuk tahap uji klinis tahun 2021.
Pengembangan vaksin merah putih, memang masih jauh jika ingin mengejar vaksin yang didatangkan dari Sinovac, Tiongkok.
Tapi, mimpi kemandirian vaksin Covid-19, tak boleh pupus begitu saja, apalagi dengan jumlah penduduk indonesia yang begitu besar. Bisa jebol anggaran negara.
31 Agustus lalu, di hadapan Komisi IV DPR, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio, memaparkan, progres pengembangan vaksin merah putih.
Sebelum masuk diujikan pada manusia, calon vaksin merah putih ini, harus diujikan pada hewan.
Jika proses uji hewan, atau para klinis ini berhasil, bibit vaksin merah putih baru bisa diserahkan ke biofarma pada februari sampai Maret 2021, untuk diproduksi, dan masuk ke tahap uji klinis fase satu, dua dan tiga.
Badan pengawas obat dan makanan, BPOM, juga ikut mengawal penelitian vaksin ini.
Selain itu, BPOM juga mengawal kerja sama pengadaan vaksin dari luar negeri, yakni dari Sinovac yang menggandeng Biofarma, Genexine, dengan PT Kalbe Farma, dan G-42 dengan Kimia Farma.
Memborong vaksin dari luar jadi pilihan tercepat, karena pemerintah menargetkan untuk memulai vaksinasi Covid-19 secara massal di awal 2021.
Setidaknya, sudah ada dua ratus 60 juta dosis vaksin Covid-19 yang disiapkan, untuk diberikan kepada 130 juta orang, yang masing-masing harus mendapat dua dosis vaksinasi.