JEMBER, KOMPAS.TV - Puluhan hektar tanaman tembakau di Kabupaten Jember, Jawa Timur, mengalami kekeringan. Pertumbuhan tanaman lambat dan daun rusak, petani pun terancam gagal panen dan merugi.
Musim kemarau di tengah pandemi Covid-19 membuat penderitaan petani tembakau semakin bertambah. Selain kesulitan ekonomi, sejumlah petani tembakau di Desa Candi Jati, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember terancam gagal panen.
Hal ini dikarenakan puluhan hektar tanaman tembakau milik mereka kekurangan pasokan air. Saluran irigasi di sawah berkurang debitnya, akibat musim kemarau tahap dua.
Petani tembakau, bernama Sanusi mengaku kondisi tersebut membuat pertumbuhan tanaman tembakau lambat dan daun tembakau tidak melebar.
Bahkan beberapa daun mengering dan berlubang dimakan hama ulat. Jika kondisi ini terus terjadi, maka petani dapat gagal panen dan merugi.
Selain masalah air, petani juga kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi di pasaran. Petani hanya menemukan pupuk non subsidi, yang harganya justru lebih mahal.
Ketua Kelompok Tani, Jumantoro mengatakan harga pupuk urea subsidi di Jember mencapai 600 ribu rupiah per kwintal. Sedangkan pupuk urea subsidi hanya 185 ribu rupiah per kwintal.
Harganya yang terpaut jauh tersebut sangat menyulitkan petani dan dampaknya petani tidak bisa secara maksimal memberikan pupuk pada tanaman tembakau.
Kelangkaan pupuk bersubsidi di pasaran diduga karena adanya pembatasan kuota distribusi pupuk bersubsidi oleh Pemerintah.
Selain tanaman tembakau, kekeringan juga merusak tanaman padi dan jagung milik petani di Kecamatan Arjasa.
#Petani #Tembakau #Kemarau #Jember