Pemerintah kini tengah mempersiapkan kenormalan baru. Presiden Jokowi bahkan telah mengunjungi beberapa fasilitas umum, seperti stasiun MRT dan pusat perbelanjaan di Bekasi, Jawa Barat, untuk melihat kesiapannya.
Seorang dokter dan juga influencer, dr Tirta mengatakan kenormalan baru merupakan kondisi hidup berdamai dengan mematuhi protokol kesehatan melalui cara adaptasi baru.
dr Tirta Mandira Hudhi memaknai istilah kenormalan baru sebagai sebuah adaptasi gaya hidup baru yang diterapkan untuk memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19. Pasalnya pandemi korona tidak akan bisa hilang begitu saja sementara kehidupan manusia masih harus terus berlanjut.
"COVID enggak bisa hilang layaknya TBC, DBD, malaria, HIV dan lain-lainnya. Dia hanya bisa dikontrol sampai dengan titik minimal," kata dr Tirta dalam siaran langsung di YouTube BNPB Indonesia, Rabu (27/5).
Kenormalan baru merupakan wujud adaptasi agar tetap bisa menjalankan kehidupan di tengah-tengah wabah korona. Sehingga penyebaran virus bisa tetap terkontrol dengan baik dan angka kasusnya bisa ditekan seminim mungkin.
"Yang paling penting adalah maksudnya menerima di sini bukan kita salaman sama COVID, bukan. Tetapi adalah saya akan menerangkan langsung maksudnya pak presiden, beliau kan bilang menerima itu bukan artian kita wis nerimo wae lah pasrah, bukan. Tetapi COVID ini dikontrol, dia akan selalu ada, supaya menjaga minimal kita tetap harus memutus rantai infeksi dengan cara apa? Adaptasi baru." pungaks dr Tirta.
Kenormalan baru akan berdampak pada semua aspek kehidupan. Salah satunya adalah gaya hidup masyarakat yang menerapkan perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS). Tak hanya itu, kenormalan baru juga berpengaruh ke banyak sektor seperti tempat makan perlu adanya penyekatan.
Youtube: BNPB Indonesia
COVID-19 Tak Bisa Hilang, dr Tirta: Kita Perlu Adaptasi Baru