SEMARANG, KOMPAS.TV - Dosen dan mahasiswa Universitas PGRI Semarang, Jawa Tengah, menciptakan ventilator berbasis internet pertama di dunia.
Alat bantu napas ini nantinya akan membantu dokter memeriksa pasien Covid-19 tanpa harus melakukan kontak fisik untuk meminimalkan penularan.
Ventilator Internet of Things, atau alat bantu napas yang berbasiskan data internet ini dibuat oleh dosen dan mahasiswa Fakultas Teknik dan Informatika Universitas PGRI Semarang (UPGRIS).
Ventilator IOT dapat diselesaikan dalam waktu 7 hari dengan pembagian tugas seperti desain mekanis, elektronis dan perangkat lunak.
Alat bantu pernapasan ini dilengkapi dengan sensor canggih juga menggunakan kamera dua arah, sehingga dapat dikendalikan dari jarak jauh oleh dokter dengan jaringan internet.
Data medis pasien akan tersimpan secara otomatis.
Selain kondisi dan kesehatan pasien yang tersimpan secara akurat, ventilator ini membuat dokter lebih aman karena dapat mengurangi kontak langsung dengan pasien.
Pembuatan ventilator berbasis internet ini tercetus karena melihat kenyataan kurangnya ventilator di banyak rumah sakit yang berbanding terbalik dengan semakin banyaknya pasien Covid-19 yang harus dirawat.
Melalui jurnal internasional, Ventilator IOT yang terintegrasi dengan big data buatan tim dari Upgris ini merupakan produk pertama di dunia.
Ventilator Internet of Thing ini diklaim juga lebih murah dibanding alat bantu pernapasan biasa yang ada di rumah sakit yang harganya mencapai ratusan juta rupiah.
Sementara untuk membuat satu Ventilator IOT dosen dan mahasiswa Upgris hanya memerlukan biaya 3 juta rupiah.