KOMPAS.TV - Pengemudi taksi mengeluh pendapatan mereka menurun sangat drastis sejak Covid-19 mewabah di Indonesia.
Mereka menyebut kurangnya pendapatan dikarenakan sepinya penumpang berawal imbauan pemerintah untuk WFH.
Salah satu driver taksi, Sasmito Riyadi hanya bisa termenung berharap ada bunyi notifikasi pemesanan muncul di telepon genggamnya
Sejak Covid 19 muncul dan kampanye berkegiatan di rumah digaungkan, Sasmito minim sekali mendapat pesanan baik dari melalui aplikasi ataupun masyarakat yang biasanya mencari taksi dari jalan raya.
Saat kondisi normal, Sasmito bisa membawa uang hingga Rp 800.000 per hari untuk membiayai kehidupan istri dan 4 anaknya.
Tapi sekarang, bekerja dari jam 6 pagi hingga 6 sore hanya bisa mendapat Rp 100.000 rupiah saja sudah beruntung, padahal perusahaan tempat ia bekerja sudah memberikan kebijakan perampingan target harian dari sebelumnya Rp 700.000 dan sekarang hanya Rp 250.000.
Selama berbicang dengan tim liputan pun, mata Sasmito tak lepas dari ponselnya karena khawatir konsumen bisa terlepas.
Beberapa perusahaan memang sudah memberikan kebijakanya masing masing kepada setiap karyawanya, ditengah wabah ini, perusahaan juga wajib memfasilitasi pengemudi agar tetap aman dalam bekerja, dan membekali fisikal distancing.
Namun dampak ini tidak dirasakan oleh sasmito saja, penurunan pendapatan secara signifikan juga dirasakan oleh pengemudi taksi yang lain.
Pekerja yang menggantungkan hidup pada upah per hari seperti para supir taksi ini, jadi yang paling terdampak saat penyebaran Covid-19 ini semakin masif.
Mereka jadi fokus pemerintah yang tentu harapannya adalah jangan sampai semua bantuan yang disalurkan salah sasaran dan dimanfaatkan penumpang gelap.