Ternyata Hubungan Kerajaan Pemecutan dengan Muslim Bugis Seperti Ini

2020-04-03 10

BALI, KOMPAS.TV -

Annisa Malati melanjutkanpenjelajahnnya menguak sejarah singgasan kerajaan-kerajaan di Bali. Kali ini, Annisa menapaktilasi sejarah kerajaan Badung di selatan Bali. Di Puri Pemecutan, Annisa dipandu tokoh Puri Pemecutan Anak Agung Ngurah Putra Damanuraga. Dengan rinci Pak Ngurah Putra menjelaskan sejarah Puri Pemecutan di masa lampau.

Pada tahun 1343, Majapahit berkuasa di Bali dan berpusat di Samprangan dengan penguasanya, Dalem Sri AJi Kresna Kepakisan, yang memiliki putra mahkota bernama I Dewa Anom Pemayun, yang kemudian berganti nama menjadi Sira Arya Benculuk Tegeh Kori. Atas prakarsa Ki Bendesa dan saudara-saudaranya, diputuskan melalui musyawarah bahwa Sira Arya Benculuk Tegeh Kori diangkat menjadi penguasa di daerah yang kelak disebut Badung. Pada masa selanjutnya, para penguasa Badung sebagai bawahan dari Kerajaan Gelgel juga membangun Puri Ksatriya dan Puri Tegal Agung. Masa Pemerintahan para keturunan Tegeh Kori ini diperkirakan berlangsung pada tahun 1360-1750 M.

Pada akhir abad ke-18 M, kekuasaan Puri Ksatria jatuh kepada Kyai Ngurah Made, sebagai penerima tahta dari Kyai Ngurah Jambe Ksatria. Pada masa kekuasaannya, Kyai Ngurah Made memerintahkan untuk membuat puri baru yang terletak di Tetaman Den-Pasar (den-pasar dalam Bahasa Bali berarti \"utara pasar\"), yang berada di sebelah selatan reruntuhan Puri Ksatria. Pada tahun 1788, Puri Agung Denpasar secara resmi digunakan sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Badung dan Kyai Ngurah Made sebagai Raja Badung I menggunakan gelar I Gusti Ngurah Made Pemecutan, mengingat ia adalah keturunan dari Dinasti Pemecutan (1788-1813M).

Hubungan Puri Pemecutan dengan warga di Pulau Serangan yang berasal dari Bugis ternyata telah berlangsung lama. Lebih dari seratus tahun lalu, muslim Bugis yang menunjukkan kesetiaannya membantu kerajaan Badung melawan Belanda, dianugerahi tanah di Pulau Serangan oleh Raja Pemecutan. Annisa yang datang bersama Anak Agung Damarnegara disambut warga Bugis di Serangan.