Kekuatan Media Sosial di Balik Demo Massa Hong Kong dan Indonesia

2020-03-24 14,688

KOMPAS.TV - Unjuk rasa atau demonstarasi yang terjadi di Hong Kong sejak awal Juni 2019 belum kunjung usai hingga awal Januari 2020. Demo massa di Hong Kong ini bukan hanya sekali atau dua kali dilakukan dan sering berakhir dengan ricuh.

Lalu, apa yang membuat masyarakat Hong Kong melakukan demo besar-besaran?

Hong Kong ternyata bukanlah sebuah negara, melainkan sebuah wilayah administratif bagian dari China. Hal ini sesuai dengan kesepakatan pada tahun 1997. Meski tetap menjadi bagian dari China, Hong Kong punya kekuasaan besar mengatur wilayahnya sendiri.

Pemicu demo adalah saat Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam memperkenalkan sebuah rancangan undang-undang ekstradisi. Jika disahkan, RUU ini bakal memberi kuasa pada Hong Kong untuk menahan orang baik warga negara maupun negara asing untuk kemudian dikirim dan diadili di China.

Hal ini yang membuat masyarakat berdemo dan menentang kebijakan ini. Meski sampai pada akhirnya RUU Ekstradisi dibatalkan, masyarakat membuat 5 tuntutan kepada pemerintah.

Demo yang digalang besar-besaran ini ternyata tak lepas dari peran teknologi yang semakin berkembang. Dengan kemudahan masyarakat membuat forum di Telegram dengan tanpa diketahui identitasnya, kemudian dengan mudahnya menyebarkan informasi soal penggalangan demo di Instagram, Facebook dan Twitter, membuat masyarakat Hong Kong pun berdemo besar-besaran.

Ada satu platform yang juga jadi andalan para pendemo selain Telegram, aplikasi itu adalah Ling Tang.

Bukan hanya di Hong Kong, sejumlah demo yang digalang melalui media sosial dan aplikasi pesan ini juga terjadi di Indonesia.

Seperti apa kekuatan media sosial di balik demo massa di Hong Kong dan Indonesia? Simak penelusuran Tim Digital KompasTV.


Free Traffic Exchange